Pages

Oct 14, 2011

Triple Date (Nabe's Version)

‘I can do it by myself’ kata ku sambil mendorong roda besar yang selalu k gunakan jika aku ingin berjalan-jalan di taman yang luas ini. Sudah lebih dari satu bulan aku di negara asing ini. Rasa bosan ku sudah sangat besar. Ingin rasanya aku berlari dan terbang kembali ke negara ku dan bertemu dia. Tapi itu tidak mungkin dengan kondisi ku yang sangat tidak ‘mampu’.

‘It’s look like wanna rain. You must back to your room’ kata salah satu perawat yang hampir satu bulan lebih merawat ku.

‘Yeah, back to my room again’ jawab ku jengkel karena aku merasa baru sebentar menghirup udara di luar Rumah Sakit ini.

Perawat itu pun membantu mendorong kursi rodaku. Melewati beberapa jalan setapak yang terbuat dari semen yang di kelilingi oleh beraneka ragam bunga. Kami pun sampai di depan lift dan menunggu pintu lift terbuka. Sesaat pintu lift terbuka dan beberapa orang di dalam nya keluar, perawat yang sejak tadi bersama ku mendorong kursi roda ku dari belakang dan memutar balik sehingga aku bisa melihat keluar lift. Perawat itu menekan tombol 15 dan pintu lift pun kembali tertutup. Tidak kurang dari dua menit, kami telah sampai di lantai 15. Pintu lift terbuka dan ada tiga orang yang sedang menunggu di depan lift yang kami naiki. Perawat yang berada di belakang ku mendorong kursi roda dan kami berbelok ke kanan menuju koridor ruang perawatan inap.

Kamarku terletak paling ujung sekali karena aku ingin melihat pemandangan dari atas melalui jendela. Perawat itu mendorong ke samping pintu kamar 159 dan dia mendorong kuris roda ku masuk ke dalam ruangan. Perawat itu mendorong ke arah yang berlawanan pintu tadi sehingga pintu tersebut tertutup. Sementara aku mencoba mendorong sendiri kursi roda dengan tangan ku sendiri menuju jendela di depan tempat tidur.

‘You must take a rest and...’ kata perawat

‘Would you like to leave me alone?’ potong ku agak sedikit kasar. Karena aku sudah bosan di suruh istirahat dari hari ke hari. Perawat itu mengerti kenapa sikap ku begitu ketus kepadanya dan dia langsung membalikan badan dan pergi meninggalkan ku sendiri di kamar yang sudah lama aku huni ini.

Aku sendiri di kamar yang dominan cat putih dan berbau obat ini. Orang tua ku sudah pulang ke indonesia karena adik-adik ku juga membutuhkan mereka. Memang aku yang memaksa mereka untuk pulang karena aku tidak mau melihat mereka mengasihani ku dengan tatapan yang tidak aku sukai.

Kedua kaki ku retak dikarenakan kecelakaan beruntun sebulan yang lalu. Dan saat aku siuman, aku sudah menempati kamar ICU yang dipenuhi peralatan kedokteran yang sangat canggih. Aku tidak bisa merasakan kaki ku saat itu. Ini sudah sebulan lebih tetapi kaki ku belum bisa aku gerakan. Aku sangat benci menjadi beban orang lain.

Pandangan ku masih tertuju jauh ke luar sana sambil menatap mentari yang samar-samar hilang dan hujan pun jatuh di atas daratan Singapore ini.

Keesokan pagi nya...

Aku tertidur pulas ternyata dan mata ku perlahan mulai terbuka. Aku melihat seorang laki-laki tidur di sebelah ku dengan menyenderkan kepalanya ke punggu sofa yang sengaja di seretnya dekat dengan tempat tidur ku.

Aku mengenali wajah itu, wajah yang sangat serupa dengan ku. Dialah Zera, adik kembar ku yang sepertinya baru datang dari Indonesia tanpa sepengetahuan ku. Wajah Zera sangat terlihat kurus dan letih. Samar-samar terlihat garis hitam di bawah matanya. Aku masih memandang lugu adik ku itu dengan cara tidur nya seperti kukang, bisa tidur di atas kepalanya sendiri. Aku pun langsung tertawa begitu mengingat saat kami menonton film Ice Age yang mana ada binatang kukang yang hobi tidur dimana pun dan dalam keadaan apa pun. Dan kami langsung memberikan adik kami itu si kukang.

Tiba-tiba mata Zera terbuka dan mulutnya menguap dengan lebar. Zera duduk seperti orang linglung dan mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Zera mengucek-ngucek matanya sambil melihat jam yang ada di dinding.

‘Mmmm...berapa jam aku tertidur ko?’ tanya Zera dengan nada yang masih mengantuk.

‘Aku saja kaget kau sudah ada disini. Memang nya kau berangkat dari indonesia jam berapa?’ tanya ku kembali sambil memandang adik kembarnya yang masih linglung.

‘Haaaa....penerbangan ku di cancel sampai jam 8 malam trus aku lupa jalan mau ke rumah sakit ini. Dan akhirnya aku naik taksi saja biar mudah. Sampai disini pun aku tidka melihat jam malahan hehehe...’ terang Zera sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. ‘Oia..aku bawa makanan nih...asli buatan dari ibu di rumah’ sambung Zera sambil membuka tas besar berwarna hitam yang ada di sudut kamar.

Aku pun langsung teringat akan ibu ku yang selalu menangis jika melihat keadaan ku di atas kursi roda. Aaah kangen juga masakan rumah. Kata ku dalam hati.

‘Nah....aku siapkan buat kau juga ya...eh bibik di rumah kirim salam tuh...katanya kapan mas Ziko pulang?bibik udah kangen banget!! Hahaha...hey bro, ada juga yang merindukan mu di indonesia’ kata Zera sambil mengikuti gaya ala bibik di rumah dan langsung tertawa lebar. Niat Zera sangat tulus ingin membuat ku tertawa tapi kata-kata ada juga yang merindukan mu di indonesia lah yang membuat ku terdiam seketika.

Aku langsung meminta jatah makanan ku kepada Zera dan mulai melahap tiap-tiap suapannya. Aku merasakan ada di rumah ku sendiri dan bisa melihat dengan jelas suasana kamar yang sudah aku tinggalkan. Setelah menyantap sarapan, seorang perawat datang dan menanyakan keadaan ku kemudian melakukan pengecekan rutinitas untuk laporan setiap pasien. Aku hanya bisa menurut agar perawat itu cepat pergi meninggalkan kamar ku.

‘Zera, mau jalan-jalan ke taman dengan ku?’ pinta ku.

‘Dengan senang hati my big bro. Mau ke taman kan??? Wokeh! I am ready!’ jawab Zera sambil melakukan sikap hormat kepada ku.

Zera membantu ku untuk duduk di kursi roda. Dan mulai mendorong kursi roda ku dari belakang. Setidaknya aku merasa nyaman karena bukan perawat yang memakai baju serba putih saat ini yang menemaniku tetapi adik ku sendiri.

Kami tiba di taman dalam waktu beberapa menit. Zera dengan style ala anak muda nya mulai melakukan tebar pesona di sekeliling taman sedangkan aku dengan memakai pakaian pasien rumah sakit tetapi wajah yang sudah di cuci sebelumnya malah merasa sedikit iri dengan adik ku itu. Iri akan kedua kakinya yang bisa berjalan. Kami berhenti di salah satu tempat duduk kayu berwarna coklat.

‘Apa kau tidak bisa untuk tidak tebar pesona?’ tanya ku kepada Zera yang sibuk melirik beberapa perawat-perawat yang lalu lalang di depan kami.

‘Siapa suruh punya adik keren kayak gini hehehe...’ jawab Zera dengan merapikan rambutnya untuk kesekian kalinya. ‘Ko, apa kau sangat kesepian disini?’ tanya Zera mulai dengan mimik yang serius. Aku terkejut melihat perubahan wajahnya itu. bisa juga dia serius. Batin ku.

‘Yah sepi’ jawab ku singkat.

‘So?’ tanyanya kembali.

‘So....? aku sudah mulai terbiasa kok. Lagian aku tidak mungkin memaksa bapak dan ibu untuk disini kan? Nanti yang mengawasi kamu dan Zory siapa? Bibik? Dia taunya masaka buat kalian’ jelas ku sambil menengadahkan wajah ke arah langit yang pagi itu berwarna biru cerah. Zera yang duduk di bangku kayu masih diam dan menunggu penjelasan ku lagi.

‘Kau tahu ra, aku sangat merindukan seseorang di indonesia. Dan aku yakin, dia juga pasti sangat merindukan ku’ jelas ku lagi.

‘HAH? Seseorang??? Pacar maksudnya???’ Zera terkejut dengan pengakuan ku yang seketika. ‘Sejak kapan kau punya pacar? Dan siapa? Anak mana? Kenapa aku tidak tahu?’ tanya Zera dengan tatapan terkejut ke arah ku.

‘Hahahaha kau ini...Apa aku sebegitu jeleknya sampai-sampai tidak bisa punya pacar?’ aku melirik ke arah Zera dengan sinis.

‘Bukan..... bukan....tapi kenapa kau tidak cerita kepada ku? kepada Zory mungkin?’ nada bicara Zera mulai naik karena aku tidak pernah menceritakan hal ini kepada siapa pun.

‘Hey relax bro, i’m just wanna find the right time’ bantah ku dengan tatapan ketidakpercayaan Zera kepada ku.

‘How long?’ balas nya sambil melipat tangannya ke dada dan membuang muka nya.

‘Apa kau ingat saat kejadian kecelakaan itu? Yah aku rasa itulah saat yang tepat aku memperkenalkan dia kepada mu dan Zory. Aku menyuruh kalian untuk datang ke sebuah restoran fast food bukan? Karena aku bilang ada sesuatu yang ingin aku bicara kan. Dan itu adalah aku ingin mempublikasikan hubungan ku dengan nya. Dan aku berniat untuk serius malahan. Tapi sepertinya itu bukan waktu yang tepat menurut yah’ kemudian aku pun menghirup udara untuk mengingat kembali pasca kecelakaan itu.

‘Saat ini aku sama sekali tidak pernah memberitahukan nya tentang apa yang terjadi. Jangankan menelponnya, mengirim sms pun aku tidak pernah. Aku tidak ingin dia khawatir dengan keadaan ku. aku tidak ingin dia sedih. Aaah tidak..bukan...aku takut ra. Aku takut dia akan berpaling dari ku yang saat ini tidak memiliki kemampuan untuk berjalan. Aku takut dia akan berpaling dari ku karena aku cacat. Kaki ku tidak berfungsi dengan normal. Aku benar-benar putus asa ketika mengingatnya’ jelas ku dengan melihat kedua kaki ku yang kaku dan melirik roda yang ada di sampingnya.

‘Eh sebentar...’ Zera tiba-tiba pergi menuju ke arah perawat yang datang dengan troli berisikan secangkir susu hangat ke setiap pasien yang ada di taman. Zera meminta dua cangkir kepada perawat itu dan berjalan kembali ke arah ku.

‘Nih...katanya susu hangat bisa menjernihkan pikiran. Trust me’ Zera memberikan secangkir susu hangat kepada ku dan kembali duduk di kursi kayu berwarna coklat di samping ku. Aku pun meminum susu hangat itu begitu pula Zera.

‘Apa kau benar-benar mengkhawatir kan dia dengan persepsi bahwa dia akan berpaling kepada mu?’ tanya Zera menatap ke lurus ke depan.

‘Apa kau kira ada orang yang mau menghabiskan hidupnya mengurus orang cacat seperti aku?’ tanya ku dengan intonasi yang agak tinggi.

‘Shut up!!! Kenapa kau menganggap dirimu cacat??? Kau bukan lah orang cacat Ziko!!! Kau normal seperti yang lainnya!’ Zera hampir sedikit berteriak saat mendengar kata ‘cacat’ yang aku ucapkan. ‘Kau belum mencoba...belum mencoba untuk menghubunginya! Kenapa kau jadi pesimis? Mana Ziko yang aku kenal dengan pikiran optimis nya dalam hidup. Mana??? Kau tahu? Aku bercermin masalah hidup kepada mu ko. Kau yang selalu berfikir positif dari segala hal. Kau selalu tenang dalam setiap masalah yang ada. Kau selalu memiliki jalan keluar apabila kau terjepit. Kemana Ziko yang aku kenal dulu?’ Zera mulai menurunkan volume suaranya karena sekeliling mereka sudah merasa terganggu akan mereka berdua.

‘Aku tidak tahu harus mulai dari mana? Aku tahu aku sangat bersalah. Tapi dengan tidak memberi kabar selama sebulan lebih dan memberitahukan keadaan ku yang sekarang....apa menurut mu dia akan mau mengerti dan menerima ku kembali?’ tanya ku dengan sedikit harapan bahwa Zera mau mengatakan berbohong setidaknya untuk ku saja.

‘Yang jelas kau harus mencoba menghubunginya dulu dan terus terang aku tidak bisa menjamin apakah dia mau menerima mu kembali atau tidak...setidaknya kau sudah berusaha kan?’ jawab Zera sambil menepuk pundak ku.

Aku melihat wajah Zera sesaat dan ada sedikit pengharapan didalam nya untuk aku. Yah setidaknya aku berusaha dulu dan setelah itu baru serahkan kepada Allah. Batin ku. Dan aku pun tersenyum melihat Zera yang memamerkan gigi nya yang putih.

‘Dan kalau kau tidak keberatan, aku akan melakukan penelitian dengan Zory mengenai dia yang kau ceritakan tadi. Aku tidak mau kalau saudara ku jatuh ke tangan yang tidak pantas’ kata Zera tiba-tiba.

‘Maksud mu apa?’ tanya ku yang sedikit merasa curiga dengan ulah saudara kembar ku ini.

‘Kau disini lakukanlah semua terapi mu dan optimis bahwa kau akan sembuh.
Berusahalah untuk dirimu sendiri dalam melawan sakit mu ini. Sedangkan aku, aku akan mengawasi gerak-gerik dia mu itu. aku ingin melihat apa dia setia menunggu mu atau tidak. Yaaa...perkenalan yang di setting dengan apik la, gimana?’ tanya Zera kepada ku. Aku sedikit ragu dengan apa yang di rencakannya itu tapi entah kenapa aku ingin mempercayainya.

‘Haahh baiklah kalau itu rencana mu. I’ll do what i must do it in here and you...,jangan menceritakan apa pun kepada nya jikalau kau tidak yakin dia akan mengerti tentang keadaan ku, paham?’ tanya ku dengan meyakinkan Zera dengan apa yang aku katakan.

‘Seeeppp..’ jawab Zera sambil memperlihatkan jempolnya kepada ku.

Dua hari bersama Zera membuat hidup ku lebih baik dari pada sebelum nya. Dan besoknya dia harus kembali ke indonesia untuk menjalankan misi nya. Dan aku, aku akan berusaha untuk melakukan beberapa terapi untuk kesembuhan kedua kaki ku. Beberapa fisioterapi pun aku lakukan. Begitu besar keinginan sembuh dari dalam diriku.

Sebulan kemudian........

‘Welldone! You can do it!’ girang salah satu perawat yang melihat ku berjalan dengan menggunakan palang pembantu berjalan yang ada di ruangan terapi. Aku mulai melangkahkan kaki ku satu demi satu. Selangkah demi selangkah. Aku merasakan kesakitan yang sangat dalam ketika aku mulai melangkahkan kaki ku tetappi kata dokter, itu bagus karena akan meransang otot kaki yang selama ini tidak berfungsi dengan baik.

Dari hari ke hari, aku rajin melakukan terapi dan akhirnya aku bisa meninggalkan kursi roda ku dan beralih menggunakan tongkat. Aku sangat senang melihat kaki ku bisa menginjakan daratan kembali. Seluruh keluarga ku yang ada di indonesia sangat senang dengan perkembangan ku. Dan aku sangat senang mendengar dokter mengatakan dalam tiga minggu aku sudah bisa kembali ke negara ku.

Saat yang aku nanti pun datang, aku mulai mempacking semua baju ku ke dalam tas hitam besar. Setelah selesai menyusun semua baju dan lainnya, seorang perawat datang dan masuk ke dalam kamar ku.

‘Congrats! I’m gonna miss you and specially your mumble everyday’ kata perawat itu kepada ku dan tersenyum saat mengingat hari pertama aku disini.

‘Yeah hopely we can meet in the another situation, maybe’ jawab ku sambil tersenyum pula.

‘And don’t forget say hi from me for your girlfriend’ sambungnya lagi. Perawat itu keluar dari kamar ku dan menutup pintunya.

Sesampai di indonesia, aku di jemput oleh Zera dan Zory saudara kembar ku. Aku berlari dengan sedikit kaku karena kaki kanan ku masih dalam masa pemulihan. Aku langsung memeluk mereka berdua. Dan membisikan ‘I’m really miss you guys’.

Zory dan Zera membantu membawakan tas bawaan ku dan meletakannya di belakang bagasi mobil. Zory mengendarai mobil sedangkan aku memilih duduk di belakang sopir saja karena masih sedikit trauma dengan kecelakaan yang terjadi pada ku dulu. Dan Zera tanpa di suruh memilih duduk di sebelah Zory.

Didalam perjalanan menuju rumah, Zory dan Zera banyak bertanya mengenai proses penyembuhan ku dan aku menjawab semua pertnyaan mereka yang bertubi-tubi itu.

‘Hey kami ada kejutan buat mu ko’ tiba-tiba Zera berkata sambil melirik ke arah Zory.

‘Kejutan?’ kata ku yang memang sedikit terkejut.

‘Tenang...Elly sudah menyiapkan semua nya kok’ kata Zory sambil melihat ku dari kaca depan.

‘Elly? Siapa Elly?’ aku benar-benar tidak mengerti dengan apa yang mereka katakan.

‘Elly pacarnya Zory, ko’ jawab Zera yang mengerti karena melihat ku kebingungan.

‘Hah??? Pacar mu, ry? Kapan kau jadian dengan elly? Tunggu...elly ini elly yang dulu selalu kau ganggu saat SMP dulu kan?’ tebak ku kepada Zory. Zory hanya menyengirkan gigi nya yang putih dan mukanya langsung merah seketika.

‘Yah nama cinta sih ya...’ gurau Zera sambil meninju lengan kiri Zory.

Setelah beberapa jam, akhirnya kami sampai di tempat yang sangat ku kenal. Pantai yang paling sering aku datangi bersama dia. Suasananya tidak berubah sedikitpun, aku menatap jauh ke depan dan melihat sosok yang aku kenal sedang berdiri. Aku harus menyipitkan mata ku karena sinar matahari saat ini sangatlah terik. Seorang gadis berdiri di depan ku dan berjalan ke arah ku. wajahnya belum bisa aku kenali.

Setelah beberapa langkah, barulah aku mengenalnya. Dia adalah Karen. Seorang gadis yang aku tinggalkan tanpa kabar apa pun. Karen tersenyum kepada ku. Mata nya seperti ingin menangis. Kemudian aku berjalan menghampirinya dan memegang wajahnya.

‘Maaf yah.. selama ini aku bersalah pada mu’ kata ku dengan suara yang lembut.

‘Tidak apa-apa...yang penting kau kembali’ jawab Karen sambil memegang kedua tangan ku. aku sangat senang bisa melihatnya lagi. Benar-benar melihatnya dan dia benar-benar berada di depan ku. Ini bukan khayalan ku saja tapi kenyataan.

Zory dan Elly yang melihat kami berdua pun menjadi haru. Dan berjalan mendekati aku dan Karen tapi tiba-tiba kami semua merasa ada yang hilang. Dan aku langsung menyadarinya.

‘Zera mana?’ tanya ku kepada Zory.

Elly yang berada di samping Zory memberi kami isyarat untuk mengikutinya dari belakang. Aku, Karen dan Zory mengikuti Elly yang menuju parkiran mobil di ujung pantai. Dan ternyata Zera bersama Reka kembarannya Karen. Terlihat wajah Zera yang merah dan malu-malu.

‘Deuhhh...Yang baru jadian’ sorak kami semua yang mengagetkan Zera dan Reka.

‘Yang lagi kasmaran’ kata Zory sambil mgnucek-ngucek kepala Zera.

‘Aku punya ide nih. Bagaimana kalau kita semua nge-date sama-sama di pantai ini? Ok nggak? Tanya Karen sambil melirik aku dan aku langsung menggenggam tangannya tanda menyetujui usulannya. Dan di dalam hati aku mengatakan bahwa aku tidak akan meninggalkan gadis ini lagi untuk kedua kalinya.

‘Kalau gitu yuk kita triple date’ kata ku sambil menarik tangan Karen dan diikuti dengan yang lainnya.

0 komentar:

About Me

My photo
being who I am and loving what I'm doing coz you'll never be lonely if you learn to befriend yourself..... just remember to be yourself and remember throughout everything why you first wanted to do this...