Pages

Nov 29, 2012

And I've tried and tried to say what's on mind.....


‘ Pak, ada yang mencari anda. Sekarang ‘ . Kata salah satu karyawan ku yang berhasil membuat ku terjaga dari lamunan. Aku melihat dia dengan sedikit penasaran. Dan mendapatkan sesuatu kode dari raut wajah nya yang sedikit cemas.

Aku pun menuruti apa yang dia katakan. Dan beranjak keluar dari ruangan ku yang tanpa ku sadari sudah hampir 4 jam aku melamun. Aku menyelusuri koridor kantor yang sangat minimalis berwarna hitam dan putih itu.

Kemudian aku sampai di sebuah ruang terbuka dengan susunan meja dan kursi untuk pelanggan restoran ku. Aku melihat dua orang wanita tengah duduk di sudut ruangan sambil meneguk secangkir kopi buatan restoran ku. Aku pun melangkah mendekati mereka dengan langkah setengah hati.

Kenapa mereka siang-siang kesini ya? Tanya ku dalam hati.

Aku melihat ke arah salah satu wanita yang lebih muda dan wanita itu melihat ku dengan memberikan kode agar cepat dan segera duduk. Aku pun kembali menuruti nya dengan mempercepat langkahku.

‘ Wah di kunjungi oleh nyonya besar siang-siang begini. Nyonya sehat?’ Kata ku dengan ceria.

‘ Ya. Aku sangat sehat. Kata dokter aku akan hidup lebih dari 30 tahun lamanya! Dan aku akan menjadi ibumu selama itu juga! Kau paham?!’

‘ Jangan marah begitu bu. Nanti darah tinggi nya kambuh lagi’ Kata perempuan yang ada disebelah ku.

‘ Darah tinggi ku akan kambuh jika kalian berdua tidak menuruti perkataan ku. Dan kau Ryu, aku ingin kau mengikuti pertemuan dengan beberapa gadis yang ibu pilihkan. Dan kau harus mau. Sedangkan kau Sena, lebih baik kau mengambil jurusan kedokteran. Setelah itu kau akan membuka praktek mu kemudian berkenalan dengan dokter juga.

.... Aku ingin kalian hidup dengan bahagia. Dan aku akan tenang jikalau kalian semua seperti itu. Katakan apa aku salah mengatakan hal itu?’ Sambung wanita paruh baya yang ku panggil ibu tadi kepada seluruh karyawan restoran yang ada disana.

‘ Bu, sudah ku katakan berkali-kali. Aku tidak mau dijodohkan. Tidak sama sekali. Aku bisa mencari sendiri’

‘ Dan aku ingin masuk sastra jepang. Apa ibu mau jikalau aku nanti masuk kedokteran kemudian drop out akibat nilai-nilai ku yang jelek? Aku tidak berminat di bidang kedokteran bu’ Sambung adik perempuan ku.

‘ Kalian sama saja! Kalian sengaja melawan semua yang aku suruh. Apa aku tidak boleh mengatur kehidupan anak-anak ku sendiri? Ini demi kebaikan kalian nanti. Jikalau aku mening......’

‘ Bu, kami mengerti dengan apa yang ibu pikirkan. Hanya saja, saat ini aku sedang fokus dengan pekerjaan ku. Aku tidak mau membaginya dengan hal-hal yang lain dulu. Saat ini aku sedang merintis sesuatu yang dari dulu sangat ku ingin kan. Aku bekerja keras untuk mewujudkan nya’

‘ Apa ini akibat hubungan mu dengan rey tidak berlangsung lama?’

Pertanyaan ibu membuat ku terdiam. Ada sedikit kekakuan yang aku rasakan didalam tubuh ku. Seperti ada remote control yang menekan tombol mute atau pause. Aku melirik ke arah karyawan restoran yang masih sibuk membereskan ruangan dan beberapa gelas. Sepertinya mereka mendengarkan apa yang diutarakan ibu ku ini.

Dan sepertinya mereka berpura-pura tidak mendengar ketika aku memberikan pandangan tajam ke arah mereka. Karena aku tidak suka jikalau ada karyawan yang membicarakan ku di belakang ku. Walaupun pasti kemungkinan itu ada.

Ah ibu ku selalu mengungkit-ungkit masalah itu. Dan kenapa disaat aku mulai menutup semua kemungkinan. Dan kenapa disaat pembukaan perdana restoran ku ini. Ibu ku memang bisa merusak mood ku dalam bekerja. Kembali sekilat ingatan beberapa bulan yang lalu diputar di otak ku. Itu adalah pertemuan terakhir kami.

‘ Aku butuh waktu bu. Waktu untuk merefresh otak ku yang selama ini tidak ku gunakan. Aku butuh waktu untuk merefresh semua apa yang telah aku perbuat. Aku membutuhkan diri ku sendiri. Karena aku merasa aku tidak mengenal diri ku sendiri ‘ Aku mengecilkan suara ku agar tidak terdengar oleh karyawan lain dan mendekatkan tubuh ku ke arah ibu ku.

.... Aku mulai menyusun sesuatu yang bisa mengalihkan perhatian ku. Aku akui aku terjatuh sangat dalam tapi aku harus bisa bangkit kembali. Harus! Aku tidak mau berada di titik kejemuan yang aku sendiri tidak tahu kapan bisa lepas dari hal itu ‘

.... Nanti. Nanti jikalau waktu nya tepat maka pasti akan ada hal yang ibu tunggu. Hanya saja bukan sekarang. Tapi nanti bu. Aku sedang berusaha saat ini ‘

Ibuku kemudian memandang lama ke arah ku. Ada sedikit keraguan didalam nya. Kemudian dia melirik ke arah adik perempuan ku yang ikut terdiam dalam bisu karena omongan ku barusan.

‘ Sampai kapan? Sampai kapan kau akan seperti ini? ‘ Tanya ibu kepada ku.

‘ Entahlah. Tidak ada salah nya berusaha dan berikhtiar di saat aku sedang bekerja. Aku tidak bisa memberikan janji karena aku takut aku sendiri yang melanggarnya. Nanti bu. Aku yakin’ Kemudian aku beranjak dari tempat duduk ku dan berjalan masuk menuju koridor hitam dan putih tadi.

Aku berhenti sejenak di tengah-tengah koridor itu.

‘ Apa aku tadi sangat kelewatan? ‘ tanya ku kepada salah satu karyawan restoran yang merupakan teman ku sendiri.

‘ Aku rasa tidak. Karena kau telah berusaha untuk mengutarakan apa yang ada di pikiran mu. Tinggal bagaimana ibumu mencerna semua nya itu ‘ Jawab teman ku sambil menepuk pundak ku yang sedikit berat akhir-akhir ini.

Aug 10, 2012

⅟₂ .......


 


Panasnya matahari menyengat peluh seorang pemuda yang berjalan mengitari lorong koridor di tempat dia bekerja. Peluh yang seakan diterpa hujan badai membasahi separuh tubuhnya. Sepertinya AC di kantor itu rusak dan membuat suasana bertambah panas.

Dia kembali ke mejanya dan berusaha bekerja dengan suasana yang sangat tidak nyaman. Ruangan itu tidak begitu besar dan hanya dirinya lah yang berada disana. Mata nya melirik ke arah pendingin ruangan yang masih saja rusak. 

Yah beginilah jikalau memakai pendingan sentral. Keluhnya dalam hati.

Kembali memandangi data financial di laptopnya dan mencari data karyawan yang berada di bawah tanggung jawabnya. Menelaah sedikit demi sedikit akan pertemuan yang beberapa menit tadi berjalan.

Yah aku memang tidak mengerti dan tidak merasakan seperti apa punya keluarga. Aku memang belum menikah. Tapi apakah layak jikalau status berkeluarga disangkut pautkan dengan pekerjaan? Senyuman miris menghiasi sudut bibirnya yang kering.

Kembali teringat akan beberapa statement yang di lontar mereka yang berada dibawah tanggung jawabnya. ‘Kita yang menjalankan, jadi bapak tidak mengerti. Bapak kan belum berkeluarga jadi tidak mengerti akan apa yang kita rasakan’.

Bagaikan ditampar ketika salah satu mereka mengutarakan hal itu tepat di depan wajahnya. Seluruh emosi yang berusaha di redam hampir saja meruak keluar dari ubun-ubun. Wajahnya pun menjadi kaku seperti marmer dan dia menelan ludahnya sendiri.

Ego? Aku pikir aku tidak egois dalam hal itu. Dan wajar jikalau aku menegur mereka dan mengarahkan ke arah yang sesuai dengan prosedur. Sekarang, dimana letak salahnya? Bukankah aku adalah atasan mereka? Bukankah aku yang memegang kendali? Bukankah aku yang mempunyai wewenang akan apa yang akan ku limpahkan?

Pemuda itu tertawa miris kembali sambil menatap laptopnya.

Percuma! Percuma aku melakukan koordinasi, perencanaan dan pengawasan jikalau aku tidak boleh menggunakan wewenang yang aku punya. Dan yang gilanya lagi malah mereka yang mengarahkan apa yang harus aku lakukan. Lalu apa fungsi ku disini? Apa aku hanya orang pengambil data kemudian tidak melakukan verifikasi dalam segala hal dan melangkah pergi begitu saja tanpa ada tanggung jawab dengan apa yang aku dapat? Apa aku hanya orang yang dianggap ‘masih’ sangat hijau dalam pekerjaan? Apa aku hanya ‘boneka’ saja jikalau terjadi sidak maka yang bertanggungjawab akan pekerjaan mereka adalah AKU?

Tidak! Ini tidak benar. Semua masukan mereka bisa menyesatkanku kembali ke dalam ruang waktu yang pernah aku singgahi. Dan aku tidak sudi untuk mengunjungi ruang itu kembali. 

Pemuda itu menyandarkan punggung dan kepala nya ke dalam kursi yang sudah 3 tahun ini setia menemaninya.

Ya tuhan. Sudah 3 tahun lamanya aku bekerja disini tapi kenapa semua kejadian setiap tahun berulang. Sepertinya itu menjadi kisah lama yang terulang terus menerus. Apa aku salah jikalau aku ingin melakukan perubahan sedikit demi sedikit untuk kepentingan mereka?

Menikah? Heh? Aku baru menyadari jikalau aku belum melakukan hal itu. Aku selalu saja sibuk dengan pekerjaanku sendiri. Sangat terfokus dengan perumusan, pelaporan dan pengrekapan yang senantiasa ku lakukan tanpa harus disuruh. Dan mereka malah menyinggung soal menikah kepada ku.

Sepertinya kata itu langsung membuat ku terdiam ditempat. Terpaku bagaikan pohon musim gugur yang menunggu datangnya musim dingin. 

Pemuda itu menghela nafas panjang dan melepaskan kacamatanya kemudian memejamkan matanya yang penat seharian ini.

Satu hal yang tidak aku pikirkan adalah masalah yang satu itu. Aku menyadari beberapa kerabat dan teman-teman ku begitu pula keluarga ku sudah menanyakan hal yang sama. Hanya saja entah kenapa  pekerjaan selalu mengambil porsi setengah dari isi otak ku.

Menyita hampir 24 jam yang aku miliki dalam satu hari. Bahkan aku dianggap pembual karena aku tidak bisa menepati janji dengan mereka yang di luar sana sangat menyimpan simpati kepada ku. Ah aku benar-benar merasa bersalah jikalau mengingatnya.

Terkadang aku malah bertanya apa yang ku cari selama ini? Aku merasa pencarian ku tidak akan putus suatu saat. Entah aku yang harus mengakhiri atau memang takdir ku lah yang mengakhiri pencarian itu. Hidup sangatlah rumit. Hidup tidak bisa menggunakan rumusan phitagoras yang selama ini aku pelajari di bangku sekolah.

Hidup seperti sebuah seni yang tertuang di dalam kanvas dan berubah menjadi sebuah lukisan dimana pelukisnya adalah aku sendiri. Dan mereka malah menjudge ku tidak mengerti. Aneh! Benar-benar sangat aneh.

Pemuda itu kembali terkekeh.

Jun 7, 2012

A.P.E.L



Apel merupakan buah yang sangat digemari oleh siapa pun. Jikalau bertanya kepada ku apakah aku menyukai apel, yah tentu saja tapi tidak semua apel. Aku lebih memilih apel berwarna hijau dibanding yang merah. Yup seperti gambar yang aku posting saat ini ^^.

Buah apel pasti lah sangat disenangi baik muda mupun tua. Nah bagaimana dengan 'apel' yang sangat tidak disenangi di saat pagi hari? Apel yang aku maksud disini adalah 'Apel' pagi hari yaitu upacara di pagi hari yang dilakukan oleh beberapa karyawan. Yup itulah yang kami lakukan beberapa minggu ini.

Seperti yang kalian tebak, banyak banget yang tidak mau mengikuti apel pagi. Alasan nya bisa mencapai seribu =)) , tidak di herankan kenapa mereka begitu malas karena apel pagi akan dilakukan pukul 7.45 pagi. Itu adalah waktu sebelum jam kerja dimulai. Well, yang mengajukan apel pagi bukanlah dari pihak management tetapi dari pihak fungsional.

Awanya 'angkat topi' dengan komitmen yang mereka ajukan untuk kebaikan perusahaan tetapi lambat laun kenapa menjadi mengalami kemunduran yah?

Jikalau aku sepertinya peraturan yang baru itu tidak menjadi pengaruh apa pun. Toh aku datang paling cepat dibanding mereka-mereka semua. Bisa di bilang aku yang buka pintu kantor, aku juga yang menutup pintu kantor pula. Menyedihkan? Bagi ku tidak sama sekali.

Datang lebih awal atau tepat waktu adalah mind set ku di saat aku masih duduk di bangku sekolah (pas kuliah juga kok ^^v). Pada saat aku duduk di bangku sekolah, aku sudah membiasakan diri untuk datang pukul 6.30 dan bisa di tebak, saat itu sekolah yang sepi dan sunyi. Tetapi aku sangat menikmati momen tersebut. Kapan lagi menikmati sekolah yang sunyi jikalau bukan pagi hari? (kalau sore atau menjelang malam, mana berani aku :p )

Kembali ke 'apel' pagi yang selalu aku tunggu, biasanya supir ambulance akan menghidupkan walki talky yang ada di ambulance itu. Gunanya untuk memanggil para karyawan untuk berkumpul di lapangan parkir. Ternyata supir ambulance sangatlah kreatif dalam menggunakan peralatan nya yah ^^

Apel pagi ini hanya berlangsung berkisar 10 menit saja dan pemimpin apel pagi pun setiap hari di ganti dan untuk saat ini aku belum mendapatkan giliran untuk menjadi pemimpin apel pagi. Entah bersyukur atau tidak tapi jikalau dilihat dari list nama pemimpin apel pagi, tidak ada satu pun nama ku tercantum *Awesome!!!*

Isi dari penyampaian apel pagi pun bermacam-macam. Ada beberapa yang menyinggung masalah 'menanamkan rasa malu' atau mengenai bersilaturahmi dengan divisi lain nya. Terus terang aku agak mempertanyakan pernyataan pertama. Karena jikalau diartikan tiap kata, maka akan timbul ke-ambiguan makna.

Jikalau maksudnya malu dengan datang terlambat, hey yang benar saja. Divisi ku tidak pernah melakukan hal seperti itu kecuali hujan, itupun cuma terlambat 15 menit dan salut nya rumah mereka lebih jauh ketimbang rumah kalian. Apalagi sekarang. Aku menertibkan mereka harus datang pukul 7.30 sama dengan kedatangan ku di kantor. Dan salut nya lagi ada yang datang pukul 7.15 (Keren kan????)

Aku penasaran sampai kapan apel pagi ini akan bertahan. Jikalau ini diterapkan seterusnya, maka aku memang selalu berada di era perombakan yah ^^v *selalu dan selalu*

Inginnya memposting foto mereka yang sedang apel pagi. Tapi sepertinya tidak mungkin, karena aku nya berbaris paling depan. Yah seperti waktu sekolah dulu.

Demikian reporter dadakan yang tidak melaporkan dari TKP. Bisa gawat kalau aku keluyuran malam-malam di kantor ^o^v

NB  :  Sepertinya harus membuka kembali memori masa-masa paskib dulu yah....

May 27, 2012

The call............


 Di suatu tempat yang sedikit sunyi....

Aku mencoba mengisitirahatkan pikiran dan tubuh ku ini yang sepertinya sudah aku porsir selama 3 hari berturut-turut. Jikalau masih ku paksakan maka aku sendiri yang akan ambruk. Laptop sengaja aku setting dengan sleep mode on. Karena aku khawatir nanti ada email dari orang yang sangat penting.

Aku membuat secangkir teh hangat dan mengambil beberapa kue kering yang masih di simpan oleh ibu ku di ruang makan. Aku duduk di ruang televisi dan mencoba mencari acara yang mampu mengalihkan perhatian ku dari laptop yang senantiasa berada di meja kerja ku itu.

Ternyata memang tidak ada acara yang menarik. Batin ku.

Akhirnya aku memutuskan untuk memilih acara yang menyajikan makanan negara-negara terkenal selama 24 jam penuh. Setidaknya aku bisa mengambil beberapa resep makanan atau kue kecil untuk praktek masak ku yang sudah aku geluti beberapa bulan ini.

Dan tiba-tiba listrik di rumah pun mati dan hujan pun turun dengan hebatnya. Aku mencoba memastikan jikalau listrik di rumah sudah di matikan karena takut jikalau petir atau kilat yang menyambar antena televisi. Aku pun berpindah ke tempat yang lebih terang yaitu teras rumah yang sangat luas untuk diriku sendiri. Aku duduk disalah satu kursi yang terbuat dari anyaman bambu dan meletakan cangkir teh hangat dan kue kering tadi.

Sambil menikmati kudapan sore itu, aku melihat sekeliling rumah ku yang dibasahi hujan. Terus terang aku sangat menyukai bau tanah yang disirami air hujan. Seakan-akan aku hidup di pinggir hutan yang sangat rimbun.

Aku menatap langit yang sangat gelap saat itu. Pikiran ku langsung terjutu kepada seseorang yang sangat jauh dari tempat aku berada. Yah kau yang selalu membuat ku gusar akan beberapa bulan ini dan selalu memberikan janji yang sepertinya aku tidak tahu kapan kau akan menepatinya.

Aku hanya bisa tersenyum miris ketika mengingat perkataan mu beberapa bulan yang lalu. Kembali ku hirup udara disekeliling ku untuk menetralisirkan pikiran dan menikmati hujan di kala sore itu.

Satu bulan kemudian....

Suara hiruk pikuk di salah satu mall menjadi background ku saat ini. Yup! Sekarang aku berada di salah satu mall yang cukup besar di kota ku. Aku menuju suatu tempat yang menyajikan hal yang dari dulu sangat aku sukai yaitu film. Aku pun memesan satu tiket film yang aku tonton sendiri. Setelah memilih dan membayar nya, aku beralih ke bagian yang menjual beberapa makanan dan minuman. Dan terus terang aku belum makan siang.

Film nya akan mulai 5 menit lagi, aku bergegas menuju theater yang telah tertulis di tiket ku ini. setelah menyerahkan tiket kepada petugas, aku pun masuk ke dalam ruangan yang sebagian besar tampak gelap.

Ah, untung kacamata ku sudah ku perbaiki. Sahut ku pelan.

Aku duduk di kursi yang telah ku pilih tadi dan meletakan minuman di tempat yg telah disediakan. Aku mencoba mengecek handphone ku yang sengaja aku aktif kan. Dan berharap kau yang disana menghubungi ku. tapi ternyata tidak ada satu inbox atau panggilan dari mu.

Sedikit kecewa memang. Dan aku malah memikirkan untuk mengirimkan pesan kepada seseorang. Aku mencari list name nya di phonebook ku dan segera langsung menulis beberapa pesan kepada teman ku itu.

“Hai Kim, apa kabar? Coba tebak, aku sekarang lagi dimana?’

Ada sedikit kegembiraan dihati ku, karena aku tahu bahwa teman ku ini pasti akan membalas pesan ku, yah walaupun terkadang agak lama.

Beberapa detik kemudian aku mendapat balasan dari teman ku itu.

“Baik :D Jangan bilang kau lagi di kota ku atau kau lagi berada di salah satu mall dan pergi nonton sendiri...hayooo ngaku!?”

Pesan itu berhasil membuat ku tertawa dan cepat-cepat aku memelankan suara karena orang disebelah ku sepertinya sangat terganggu. Kemudian aku membalas pesan yang di kirim teman ku itu.

“Hahaha seperti dugaan mu. Aku memang lagi menikmati salah satu film yang katanya lagi in untuk saat ini. Aku penasaran. Yah akhirnya ku tonton saja sendiri”

Aku pun segera mengirim pesan itu dan meletakan handphone ku kke dalam kantong jaket ku. Film yang ku tunggu-tunggu sudah mulai, aku pun berkonsentrasi dengan film tersebut. Sekitar 15 menit pertama saja sudah baku tembak dan sepertinya pengunjung lainnya juga sangat antusias seperti diriku.

Kemudian aku menyadari adanya inbox yang belum aku baca. Dan aku masih berharap bahwa kaulah yang mengirimkan pesan itu tapi ternyata bukan. Teman ku Kim lah yang mengirim pesan tersebut sebagai balasan pesan ku tadi. Aku pun membaca nya.

“Well, percuma aku melarang mu. Tapi setelah kau selesai menonton film itu, segeralah pulang ke rumah. Aku tidak mau nanti kau akan mengirimkan pesan dan menanyakan keberadaan mu. Hey aku tidak mau memikirkan hal yang aneh dimana kau berada. Have fun”.

Ah cuma Kim lah yang selalu mengkhawatirkan aku. Tapi it’s ok, setidaknya ada seseorang yang menyayangi ku. Batinku dengan segaris senyuman.

Satu minggu kemudian....

Saat ini aku sedang sibuk dengan tulisan ku yang akan aku publikasikan. Memang butuh beberapa waktu untuk menyelesaikan nya dan cover buku nya pun aku sendiri yang membuatnya. Aku sangat bersemangat mengenal pembuatan cover tersebut karena aku mempelajarinya secara otodidak.

Sebenarnya aku bukan si penggila kerja hanya saja aku mengalihkan perhatian ku saja. Selama ini aku selalu menuggu seseorang yang selalu dan selalu memberikan janji. Bosan? Pasti nya aku bosan mendengarkan hal itu tapi yah nama nya wanita pasti akan luluh jikalau mendengar hal-hal yang ‘indah-indah’ itu.

Aku berhasil mengalihkan perhatianku walaupun sebenarnya aku ingin mengobrol lama dengan mu. Aku ingin sekali menceritakan hal-hal yang aku lakukan walaupun itu adalah hal yang sepele. Harapan demi harapan selalu akan tanam kan ke dalam pikiran ku. Berusaha berfikir positif akan sikap mu yang terkadang tidak menganggap ku ada.

Kemudian aku memandang jaringan sosial yang biasa aku gunakan untuk menyapa mu. Dan ternyata ID mu masih saja offline. Ada perasaan khawatir yang sulit aku lukiskan. Kepanikan ku sudah melampaui batas normal. Karena ini sudah lebih sebulan ID mu tidak aktif seperti biasanya.

Aku menggapai handphone yang selalu aku letakan di atas meja rias dan mencoba mendial-kan nomor yang selalu aku rindukan.

Deringan pertama sudah terlewati dan aku mencoba kembali mendial nomor yang sama dan berharap akan mendengarkan suara mu di ujung sana. Setelah nada tone sebanyak sembilan kali, aku tidak mendengar suara dari ujung sana. Kemudian aku mencoba kembali  dan masih berharap kau akan menjawab telepon ku ini.

Dering pertama.....

Dering kedua....

Dering ketiga....

Aku sudah putus asa dengan apa yang aku alami saat ini. Pikiran ku menjadi kosong dan mulai memikirkan hal-hal yang aneh. Perasaan ku mulai meluap keluar dan detak jantung ku pun menjadi tidak normal seperti biasa nya. dan kemudian tiba-tiba....

‘Halo...’

Akhirnya suara yang ingin aku dengarkan selama ini biasa aku dengar kan kembali. ‘Halo..’ Balas ku.

‘Ya, ada apa?’

Kenapa suaranya datar seperti itu? Tanya ku dalam hati. ‘Aaa...tidak, apa kabar?’ Kata ku sambil menyembunyikan kerinduan ku sendiri. Karena aku khawatir akan terlihat agresif.

‘Kabar ku baik-baik saja. Oia, aku sedang sibuk. Nanti akan aku telepon lagi’

‘Kau sibuk? Ok baiklah kalau begitu. Maaf jikalau aku mengganggu’

‘Ok. Bye’ Kata suara di ujung sana dan diikuti suara ‘klik’ secara bersamaan.

Aku menatap handphone ku sendiri dengan perasaan yang sama sekali tidak bisa ku mengerti. Apa aku ada berbuat salah? Kenapa hanya aku saja yang mengatakan kata maaf? Kenapa bukan kau yang selalu sibuk dengan pekerjaan, teman mu atau apalah yang tidak aku ketahui?

Baik, aku akan menunggu keputusan yang kau buat. Aku akan lihat seberapa berani kau untuk mengambil keputusan karena aku sudah menyiapkan diri dengan segala sesuatu kemungkinan yang terjadi.

5 jam kemudian....

Ternyata dugaan ku benar. Batin ku 


NB  :  Hopely tidak menyinggung siapa pun yang membacanya. Ini merupakan suatu pemikiran yang dituangkan kedalam tulisan. Aku berusaha menceritakan suatu kejadian yang aku anggap sangat tidak adil dan terlihat sangat pengecut. Semoga tidak ada yang menjadi duplikat dari cerita ini (well, hopely i'm not in the list too)

May 16, 2012

Helena?!?!?!?!.......



Di sebuah kamar yang cukup besar dimana deretan lemari besar berisikan manga jepang naruto yang tersusun rapi. Disamping lemari tersebut terdapat meja belajar yang di atasnya tersusun kumpulan beberapa buku pelajar SMU kelas 2 IPA dan beberapa kertas ujian yang sengaja di letakan berantakan. Di atas meja belajar itu juga terdapat komputer beserta keyboard nya dan di bawah meja tersembunyi speaker yang lampu ON nya masih menyala. Di depan meja belajar tersebut terdapat tempat tidur yang ukuran nya lumayan besar dengan di tutupi bed cover AC Milan berwarna biru dan di samping nya terdapat meja kecil dimana diatas nya terpampang foto tiga orang dengan senyuman yang ceria dan jam weker bergaya antik. Tiba-tiba....

‘Kriiinggg….!!!’ Jam weker itu berbunyi lumayan nyaring dan sesaat bed cover AC Milan berwarna biru itu bergerak. Dan sebuah tangan keluar dari balik bed cover, berusaha menggapai jam weker itu dan mematikan nya. Setelah jam weker itu tidak kembali berbunyi, tangan tadi pun kembali masuk ke dalam bed cover dan secara tiba-tiba seorang pemuda muncul dari balik bed cover itu. Pemuda itu memaksakan tubuh nya untuk bangun dan berdiri. Dengan langkah gontai dan mata masih sedikit terpejam, pemuda itu berjalan menuju kamar mandi yang berada di sudut kamarnya. Pemuda itu pun segera mencuci muka nya sebentar dan langsung mengambil baju olahraga yang sengaja di gantung nya di balik pintu kamarnya. Dan dia langsung membuka pintu kamarnya dengan sedikit berlari.

Pemuda itu menuruni anak tangga menuju lantai dasar. Lalu dia segera menuju tempat paling sudut dari rumah nya yaitu garasi. Dia pun membuka pintu kecil yang memisahkan antara dapur dan garasi. Pemuda itu kemudian mengambil sepatu kets yang ada di dalam rak sepatu di pojokan garasi dan menyeret sepeda fixie nya menuju pintu garasi. Dia pun menarik ke atas salah satu tungkai pintu dan angin pagi yang dingin langsung menyapu wajah nya. Tanpa memikirkan apa-apa lagi, pemuda itu langsung menaiki sepeda nya dan mengayuh nya dengan kuat.

Terlihat beberapa rumah yang letak nya sangat berjauhan. Tanpa sadar pemuda itu telah mengayuhkan sepeda nya cukup jauh, hampir menuju hamparan semak belukar di dekat kompleks perumahan yang dia huni. Tiba-tiba pemuda itu mengerem kan sepeda nya sehingga kerikil di sekitar nya menjadi buyar. Nafas nya naik dan turun tidak beraturan dan kemudian pemuda itu merasakan sesuatu yang aneh. Dia merasakan bahwa dia sedang di amati oleh ‘sesuatu’. Jantungan nya mulai berdegup dengan kencang, dia mencoba mengatur nafas nya untuk kembali normal beberapa saat. Tapi ‘sesuatu’ itu masih mengawasi nya. Tangan nya menggenggam stang sepeda dengan erat. Pikiran nya mulai di penuhi rasa ketakutan. Bergegas dia pun langsung memutar sepeda nya dan mengayuh dengan sekuat tenaga pergi meninggalkan tempat yang menurut nya mulai membuat nya takut. Tiba-tiba sesuatu melintas di depan nya dan dia pun langsung menggenggam erat rem sepeda nya. Nafas nya pun menderu kencang dan ternyata itu adalah seekor kunang-kunang kuning. Diperhatikan nya kunang-kunang kuning itu terbang kesana kemari mengelilingi nya. Pemuda itu kembali mengatur nafas nya dan mengayuhkan sepeda nya kembali menuju rumah nya.

Sesampai di depan pintu garasi, pemuda tadi menghentikan sepeda nya dan berjalan menggiring sepeda itu masuk. Tapi dia langsung terkejut ketika dia melihat kunang-kunang yang tadi dia temui. Wajah nya memperlihatkan keanehan dengan kunang-kunang itu dan secara tiba-tiba menggigit lengan kiri nya.

‘Aduuhhh!!!’ seru pemuda tersebut dan langsung melepaskan pegangan stang sepeda sehingga membuat sepeda itu terjatuh. Pemuda itu pun mengelus tangan kiri nya yang kesakitan dan ketika dia mencoba mengusir kunang-kunang tadi, serangga yang dapat mengeluarkan cahaya pada malam hari itu pun lenyap seketika.

‘Tony… sepedanya kok di baringkan di situ? Masukin ke garasi dong?!’ kata seorang wanita paruh baya yang tiba-tiba muncul dari deretan bunga bonsai yang ada di depan halaman rumah.

‘Eh Mama, ngagetin aja. Iya Ma, tadi Tony di gigit kunang-kunang, makanya sepeda Tony jatuh dan tergeltak di situ’ jawab pemuda yang di panggil dengan mana Tony tadi. Dia pun segera menggambil sepeda fixie yang tidak sengaja di jatuhkan nya dan menggiringnya masuk ke dalam garasi.

Tidak beberapa lama pemuda yang bernama Tony itu keluar dari garasi. Dia berlari ke arah wanita paruh baya yang di panggil nya Mama tadi.

‘Mama kok tumben bangun cepat?’ kata Tony yang sudah duduk di kursi depan sambil memperhatikan wanita yang ada di depan nya itu. Wanita yang merupakan ibu nya Tony itu pun menoleh ke arah Tony dan memperhatikan raut wajah anak nya yang seperti nya sedang kelelahan.

‘Iya, mama mau ngurusin tanaman mama yang terlantar ini. Karena mama tidak punya anak perempuan, jadi siapa lagi yang mau menata taman kita selain mama?” jawab wanita itu kembali membalikan badan nya dan menunduk sambil mencabuti rumput yang tumbuh di sekitar pohon bonsai kesayangannya.

Pemuda yang bernama Tony tadi masih memperhatikan ibu nya yang sedang asik mencabuti rumput-rumput kecil di sekeliling pot bonsai-bonsai yang berjejer di halaman rumah nya.

‘Ma, aku bantuin ya?’ tiba-tiba Tony berdiri dan berjalan ke arah ibunya dan berdiri sejajar. Kemudian dia pun menunduk mengikuti posisi ibu nya sambil mencabuti rumput salah satu deretan pohon di sebelah ibu nya. ‘Boleh, tapi jangan kamu mencabuti tanaman mawar mama ya?’ jawab ibu nya di balik deretan pohon bonsai tanpa melihat apa yang anaknya kerjakan.

‘Siap ma!’ sahut Tony.

***

Seorang pemuda yang biasa di panggil Tony itu tergeletak di atas tempat tidur nya dengan di balut kan bed cover AC Milan warna biru. Nafas nya tampak sangat teratur dan sangat nyenyak. Tiba-tiba dia menolehkan kepala nya secara tidak sadar ke kiri dan ke kanan. Seperti nya pemuda itu bermimpi sangat buruk. Nafas nya menjadi tidak teratur, seakan-akan dia sudah berlari bermil-mil. Kelopak mata nya pun bergerak-gerak seakan ingin terbuka dan mengakhiri mimpi buruk nya. Tangannya terkepal sangat kuat.

Keringat sudah mengucuri sebagian wajah nya dan secara tiba-tiba tubuh nya memaksa untuk bangun. Pemuda itu terduduk dan merasakan kengerian sesaat, mata nya mulai mencari sesuatu yang didalam mimpi nya tadi. Sesuatu yang sangat terang dilihat. Dengan perasaan yang masih shock akan mimpi yang dia dapati barusan. Dia pun memejamkan mata nya sebentar dankemudian dia teringat akan bekas gigitan kunang-kunang pagi tadi. Pemuda itu pun menarik tangan kiri nya dan mencari gigitan serangga itu. Wajah nya kembali pucat ketika dia mengetahui bahwa gigitan kunang-kunang itu hilang tanpa bekas.

Pemuda itu meilirk ke arah kiri dan di lihat nya jam weker nya telah menunjukan pukul 05.30. Masih dengan rasa penasaran akan hilang nya gigitan kunang-kunang, pemuda yang biasa di panggil Tony itu berusaha untuk mencerna apa arti dari mimpi buruk nya itu. Dia mulai mengingat-ingat kejadian yang dia alami di alam bawah sadar nya tanpa menyadari ternyata ibu nya sudah memanggil nya dari balik pintu. Ketukan pintu baru terasa nyata bagi pemuda itu dan menyadarkan nya kembali ke alam nyata. Ketukan pintu pun masih juga di dengar nya begitu pula suara ibu nya.

‘Tony...Tony...bangun nak! Sudah hampir jam 6. Ayo bangun! Nanti kamu terlambat ke sekolah’ seru ibu nya yang sedari tadi berdiri di balik pintu dan berusaha membangunkan anak nya.

Akhirnya pemuda itu pun beranjak dari tempat tidur nya dan mengambil handuk yang bertengger di dekat kamar mandi nya sambil berkata ‘Iya ma..Tony sudah bangun’.

Suasana SMU yang dipenuhi dengan remaja berseragam putih abu-abu terlihat hilir mudik kesana kemari. Beberapa mereka sedang duduk di kursi putih yang terbuat dari kayu. Mereka duduk berjejer sambil mengobrol dengan serunya. Ada yang berlarian karena lupa membuat PR dan ada yang sibuk menyapu kelas dikarenakan jadwal piket nya hari itu.

Pemuda yang bernama Tony pun sudah terlihat di kelas nya sendiri. Kelas Tony tidak jauh beda dengan kelas di SMU Negeri lain nya. Whiteboard yang tergantung di depan kelas dan di atas nya terdapat foto burung garuda dimana di sebelah kiri dan kanan nya terdapat foot presiden dan wakil presiden. Meja dan kursi yang di cat berwarna coklat berjejer rapi serta terdapat foto pahlawan di sekeliling dinding kelas.

Tony beserta tiga orang teman nya pergi ke kelas sebelah untuk bertemu dengan Dani. Sesampai di kelas sebelah, terlihat Dani sedang berbincang-bincang bersama empat orang teman nya. Dua diantara nya duduk di atas meja saling berhadapan sedangkan Dani dan yang lain nya duduk di kursi coklat kayu. Tony dan yang lain nya pun menghampiri mereka. Dani memperkenalkan teman baru mereka yang bernama Nady. Saat menjabat tangan Nady, Tony terlihat sedikit kaget.

‘Kamu tidak apa-apa?’ tanya Nady kepada Tony yang kelihatan nya shock.

‘Oh nggak kok. Ok. Aku cabut dulu yah’ jawab nya singkat sambil menepuk pundak Nady dan kemudian buru-buru merubah ekspresi wajahnya kembali seperti semula. Tony pun segera beranjak dari kelas Dani tanpa menggubris teman nya yang lain. Wajah nya langsung pucat begitu dia mulai mencerna apa yang ada dalam pikirannya. Baru dua langkah dia pergi meninggalkan teman-teman nya, terdengar suara cewek yang merasakan kesakitan. Secara reflek, Tony langsung membalikan badan nya dan terlihat sangat terkejut dengan apa yang di lihat nya.

‘Aduh sakit! Kalau jalan itu lihat-lihat dong, jangan asal ngeloyor aja!’ gerutu cewek berkulit putih dan berambut panjang dan lurus.

‘Iiiiya...sorry, aku nggak sengaja. Sorry yah..?!!’ jawab Nady yang merasa bersalah dan membantu cewek itu berdiri.

Sementara itu Tony yang melihat kejadian yang sama dengan apa yang di lihatnya di dalam pikiran nya bertanya-tanya dalam hati. Hhhmmm, itu kan bayangan yang melintas di benakku tadi. Ah, mungkin itu hanya perasaanku saja yang terlalu berimajinasi. Sahutnya dalam hati.

***

Sebuah motor melaju dengan kecepatan 80 km/jam melewati jalan tol. Pengendara motor tersebut mengenakan jaket berwarna biru dan di dalam nya terdapat seragam putih abu-abu. Motor tersebut sangat gesit melewati beberapa tikungan yang akhirnya sampai ke daerah komplek perumahan di sudut kota yang sangat padat penduduk nya itu. Pengendara motor itu memberhentikan motor nya di depan pagar salah satu rumah yang cukup besar. Pengendara motor tersebut membuka helm nya dan terlihat wajah Tony yang dibasahi keringat akibat terik nya mentari saat itu.

Tony membuka pagar dengan tangan kanan nya dan mendorong pagar tersebut hingga terbuka hampir seperempatnya saja. dia pun mendorong dan menggiring motor besar nya itu ke dalam perkarangan rumah dan menurunkan standar motor dan meletakan helm nya di atas motor kemudian menutup kembali pagar yang berukuran hampir menutupi seluruh badannya. Setelah itu dia pun mengambil helm tadi dan berjalan menuju garasi yang memilik pintu kecil berukuran 2 X 2 meter.

Dia pun masuk ke dalam garasi dan langsung menuju rak sepatu.

‘Ma...Mama..’ seru nya sambil masih sibuk dengan tali sepatu converse nya. Jawaban yang di tunggu nya pun tidak kunjung menyahut. Setelah selesai dengan membuka tali sepatu nya, Tony pun meletakan sepatu itu diantara jejeran sepatu lain nya. Dia pun segera masuk ke dalam rumah melalui pintu kecil yang menghubungkan antara garasi dan dapur. Disana terlihat wanita dengan memakai celemek warna merah marun sedang asik mencicipi masakan nya yang lagi terjerang di atas kompor.

‘Mama...’ Tony memanggail lembut wanita itu. Dan wanita itu pun membalikan badan nya dan tersenyum lembut melihat anak nya yang baru pulang. Tony pun berjalan ke arah ibunya dan mengambil tangan ibu nya itu dan mencium nya. Tetapi tib-tiba Tony kembali terkejut seperti hal nya di sekolah tadi. Dia merasa keanehan dan keganjilan yang tidak bisa ungkapkan.

Ting tong..Ting tong..Ting tong...

Terdengar suara bunyi bel dari pintu depan. Dan bunyi bel itu mengembalikan Tony ke dalam alam sadar nya.

‘Tony..tolong buka pintunya. Mama sedang masak dan ga bisa di tinggal’ pinta ibu nya.

Tony yang masih merasa sedikit terkejut, langsung berjalan menuju pintu depan. Pikiran nya masih sekitar apa yang dia lihat nya tadi dan berusaha untuk mengatakan kepada diri sendiri kalau itu hanya kebetulan. Setiba di depan pintu, Tony pun mengubah ekspresi wajah nya kembali seperti biasa. Saat dia membuka pintu, terlihat dua orang ibu-ibu dari rumah sebelah yang merupakan teman ibu nya sendiri. Tony tersenyum kepada kedua nya dan mempersilakan mereka duduk di ruang tamu yang berukuran cukup besar.

Tony pun kembali ke dapur untuk memberitahukan ibu nya mengenai tamu yang datang. ‘Ma, ada teman mama di depan’

‘Oh ya?Kalau begitu mama bisa minta tolong nggak sama kamu?’ kata ibu nya sambil melihat masakan yang ada di atas kompor dan mengecilkan api kompor tersebut dan melihat ke arah Tony yang sedang menganggukan kepalanya tanda bersedia membantu nya. ‘Kalau sayurnya sudah mendidih, apinya tolong dimatikan ya? Bisakan?’ tanya ibu nya sambil membuka celemek merah marun kesayangan nya dan menggantungkan nya di dinding dapur. Kemudian ibunya langsung berjalan menuju ruang tamu dan bertemu dengan teman-temannya.

Sementara Tony yang masih di dapur menjaga agar masakan tadi tidak gosong, melihat sesekali ke dalam kuali untuk mengecek apakah sudah mendidih atau belum. Dia pun mengambil beberapa manga favorit nya yaitu naruto dari dalam tas sekolah nya yang masih tergeletak di atas meja makan. Tony menarik salah satu kursi di ruang makan dan duduk diatas nya dengan memegang manga naruto dan membaca nya.

Setelah menunggu beberapa menit, Tony kembali beranjak dari kursi tadi dan segera melihat ke arah kuali yang sedang terjerang. Dan dia melihat beberapa gelembung yang muncul dari masakan ibunya. Tony pun langsung mematikan kompor dan mencari penutup untuk kuali tadi. Akhirnya dia menemukan penutup yang sesuai dengan ukuran kuali tersebut walaupun jikalau di lihat sangat tidak cocok. Tony segera mengambil tas sekolah nya dan menyandangnya secara asal-asalan dan berjalan menuju kamar nya di lantai dua. Sesaat dia berada di anak tangga yang paling bawah, Tony memiringkan badan nya untuk melihat kejadian di ruang tamu.

Terlihat tiga orang ibu-ibu yang sedang bercakap-cakap dengan semangat disana. Dan Tony mengkerutkan kening nya dan mencoba mengingat-ingat dimana dia pernah melihat kejadian seperti ini. Pikiran Tony kembali kepada beberapa menit yang lalu dimana dia mencium tangan ibu nya dan melihat kejadian yang sama persis. Ah, semakin aneh! Batin nya. Tidak mau memikirkan hal aneh yang terjadi beberapa hari ini, Tony berjalan menaiki anak tangga menuju kamar nya.

Setiba di kamar, Tony menggantungkan tas sekolah nya ke kursi dekat meja belajar dan membuka jaket sport yang sedari tadi dia kenakan terus. Setelah menggantungkan jaket nya di balik pintu kamar tanpa menukar terlebih dahulu baju seragam nya, Tony melemparkan badan nya ke atas kasur. Dan dia pun menelungkupkan badan nya. Pandangan nya tertuju kepada jam weker antik yang berada di sebelah kiri tempat tidur nya. Udara di kamar Tony menjadi sejuk dengan ada AC yang bersuhu kan 22 derajat. Sayup-sayup matanya terpejam dan akhirnya dia pun tertidur dan bermimpi yang sama.

Terbangun dengan banjiran keringat dan nafas yang menderu membuat Tony kembali teringat kepada mimpi buruk nya semalam. Dia mencoba mengatur nafas nya dan berlari menuju kamar mandi dengan nafas yang masih terengah-engah. Tony membasuh wajah nya dan memcoba merilekskan pikiran nya. Dia pun keluar dari kamar mandi dan mencari handuk kering di dalam lemari di samping tempat tidur nya dan mengeringkan wajah nya. Tony memutuskan untuk turun ke bawah dan di lihat nya para ibu masih saja asik bercakap-cakap di ruang tamu. Tony melirik jam yang ada di atas pintu menuju dapur. Disana terlihat pukul 15.00 wib dan dia menyimpulkan bahwa dia tertidur tidak lebih dari 1 jam.

Kaki nya pun membawa nya ke meja makan. Ternyata ibunya telah menata makanan di atas meja makan. Tony membuka penutup yang terbuat dari plastik dan di balut dengan kain dan rajutan yang sederhana. Kemudian dia meletakan penutup itu di atas kulkas dan kembali ke depan meja makan. Matanya mengitari masakan yang ada di depan nya dan buru-buru dia duduk di meja makan dan membalikan piring yang sedari tadi sengaja di telungkupkan. Tony pun memakan lahap masakan yang dibuat ibunya karena sepulang sekolah tadi, dia belum memakan apa pun.

Setelah menyelesaikan makan siang nya yang tertunda, dia pun membereskan meja makan dan meletakan piring kotor ke tempat pencuci piring dan kembali ke kamar nya yang berada di lantai dua. Tony bergegas mengambil handuk dan langsung menuju kamar mandi. Beberapa menit kemudian Tony keluar dari kamar mandi dengan menggunakan celana pendek selutut dengan handuk bertengger di sekeliling leher nya. Tony mengambil baju kaos yang sportif dan celana jeans kesayangan nya dan segera mengganti ala celana pendek dan handuk nya itu.

Sore ini Tony berencana untuk memberikan ruang pikiran nya untuk beberapa jam. Dia pun memutuskan untuk pergi dengan motor nya yang masih berada di luar. Dengan berpakaian santai ala anak remaja, Tony mengambil jaket kulit yang tergantung di balik pintu dan segera keluar dari kamarnya.

Tony pun menuruni anak tangga dengan sedikit berlari kecil dan berhenti sejenak di anak tangga terakhir dan melihat ibu nya yang masih asik bercakap-cakap dengan dua orang temannya. Tony pun berjalan menuju ruang tamu dan berpamitan dengan ibu nya kalau dia berencana untuk pergi ke cafe kenalannya. Setelah berpamitan, Tony langsung menuju garasi dan mengambil sepatu converse nya yang ‘butut’. Dia mengikatkan tali sepatunya dengan erat dan berjalan keluar melewati pintu garasi yang berukuran 2 X 2 meter itu dan mendapati motor nya masih berada di perkarangan rumah.

Tony mengendarai motor nya dengan kecepatan kencang di jalan tol dan menuju jalan besar untuk hang out sebentar di cafe kenalan nya di tengah kota. Jalanan tampak sangat ramai dengan anak seumuran Tony yang berkumpul di satu tempat atau berduaan dengan pacar mereka. Tony menghentikan motor nya di salah satu cafe yang sangat di sukai. Tony segera memparkirkan motornya tepat di depan cafe yang di tujunya. Setelah mengunci motor dan memastikan tidak ada kecerobohan yang dia buat.

Tony pun memasuki cafe yang ramai tapi tetap tenang. Dia memilih duduk di sudut cafe dan memesan minuman coklat hangat dan beberapa cemilan tentunya. Tiba-tiba seseorang datang dan menepuk bahunya. Agak terkejut dan Tony langsung membalikan badannya untuk mengetahui siapa yang menepuk bahunya. Terlihat gadis cantik dengan cardigan merah panjang dan berstyle sportif datang menghampiri nya.

‘Hallo Ton, lagi sendirian ya? Boleh aku...’ sahut gadis bercardigan merah itu sambil melirik kursi yang kosong di sebelah Tony duduk.

‘Oh silahkan. Kamu sendirian?’ tanya Tony melihat sekeliling cafe untuk memastikan saja.

‘Nggak kok. Aku bareng sama sepupuku. Itu dia sama pacarnya. Iri juga sih nggak punya pacar. Eh kalau kamu sendirian, Ton?’ Tony yang masih melihat dua orang yang di tunjuk oleh gadis di depan nya itu langsung menjawab ‘Iya, lagi pengen sendirian. Lagi boring, bete’ dengan ekspresi datar dan seperti nya Tony agak keberatan jikalau gadis cantik ini menemaninya. Gadis bercardigan merah itu pun langsung mengetahui sikap Tony yang keberatan akan keberadaannya.

‘Ooo... hmmm..aku cabut dulu ya, ada temanku datang. Bye Tony’

‘Hmmm’ jawab Tony agak merasa tidak enak karena menolak keberadaan gadis itu. Gadis bercardigan merah itu pun pergi meninggalkan Tony sendirian. Tony meneguk coklat hangat dan memakan cemilan yang di pesan nya tadi sambil menikmati alunan musik di cafe. Satu jam berlalu dan Tony pun akhirnya memutuskan untuk meninggalkan cafe itu. dia pun beranjak dari tempat duduk nya dan langsung menuju kasir dan membayar secangkir coklat hangat dan cemilan tadi.

Sesampai di luar cafe, Tony bersinggungan dengan seorang cewek berkulit agak gelap dengan memakai baju berlengan pendek dan secara tidak sengaja Tony menyentuh tangan cewek itu dan seperti kejadian sebelum nya, ada sesuatu yang aneh terjadi di dalam pikiran Tony. Dia kembali terkejut dan sedikit terlihat pucat. Namun dia pun langsung menuju parkiran motor dengan berlari. Sebelum Tony menaiki motor nya, dia melihat ke arah dalam cafe dan dia melihat cewek berkulit gelap tadi di tampar oleh cewek yang berambut keriting dengan memakai T-Shirt putih.

Dan entah kenapa kali ini Tony tidak begitu terkejut seperti biasanya. Seakan dia sudah bisa beradaptasi dengan pikiran dia yang di anggap nya sangat aneh. Dan dia pun sudah menduga sebelum nya bahwa apa yang terlintas di pikirannya itu akan terjadi.

Tujuh menit kemudian, Tony sudah bersantai di atas motornya dan belum pernah dia merasakan setenang ini. Kota di malam hari sangatlah indah. Kenapa baru sekarang dia menyadari hal ini. Di saat dia merasakan kenyamanan yang jarang dia dapat, seekor serangga yang dapat bersinar mengikuti nya dari samping dan mengelilingi nya. Awal nya itu hanya imajinasinya saja. Tetapi tiba-tiba 5 ekor serangga yang dapat bersinar mengelilingi nya lagi. Tony mulai terlihat panik. Dan segurat ketakutan di balik helmnya itu. Tidak berapa lama, sekelompok serangga itu menjadi banyak dan mulai menyerbu Tony. Wajah Tony memperlihatkan ketakutan dan dia pun langsung menancapkan gas untuk menghindari serbuan serangga yang bersinar itu atau tidak lain yaitu kunang-kunang.

Laju motor Tony sangat kencang dan hampir tidak terkendali dan saat Tony melewati persimpangan, dia berusaha untuk mengusir kunang-kunang itu dengan menggunakan tangannya. Namun kunang-kunang itu justru malah semakin mengejar Tony. Konsentrasi Tony kini menjadi buyar dan dia tidak menyadari bahwa di depan nya terdapat sebuah truk dengan kecepatan yang sangat tinggi dan akan menabraknya. Dalam waktu seperkian detik, Tony terkejut dan berusaha untuk menghindari truk itu. namun terlambat, dia sudah terseret dan terpelanting sejauh beberapa meter dan berakhir di atas aspal pada malam hari itu.

Tubuh nya tertelungkup kaku. Tony tidak bisa merasakan kaki dan tangannya. Mata nya tertuju kepada motornya yang hanya beberapa senti dari tubuhnya. Perlahan-lahan penglihatannya menjadi kabur dan sedetik kemudian dia tidak sadarkan diri.

***

Di ruangan yang sangat gelap, terlihat seseorang tergeletak kaku disana. Dia terlihat seperti sedang bermimpi buruk dan berusaha untuk bangun. Namun secerca cahaya datang entah dari mana dan seseorang itu membuka matanya. Di berusaha untuk menyesuaikan dengan terang nya cahaya karena dia merasa tertidur lama sekali. Tetapi serangga yang bersinar kembali mengelilinginya. Dia berusaha dengan sekuat tenaga untuk mengusir mereka tapi seluruh badan nya tidak bisa digerakan. Dia hanya terdiam dan menatap kunang-kunang yang semakin lama semakin banyak dan secara tiba-tiba mereka lenyap.

Kemudian seluruh ruangan menjadi gelap dan dingin. Seseorang itu langsung cemas dan ketakutan. Dia sendirian di ruang gelap itu. dia berusaha berteriak minta tolong dan menggerakan tubuhnya. Kembalikan aku ke dunia ku! Aku tidak mau berada disini! Kembalikan aku...!!! Ku mohon tolong kembalikan aku...!!! seru nya dengan suara yang tidak keluar dari mulut nya.

Di atas ruangan gelap dan dingin itu terlihat seorang ibu dengan separuh baya yang menangis di depan kuburan yang bertulis kan :

Tony Sastra Wijaya
Lahir : 25-09-1993
Wafat : 25-09-2011



*END*


NB : 
Sebenarnya cerita ini udah di posting dengan judul 'kunang-kunang' dengan sudut pandang orang kedua dimana aku sendiri yang menciptakan nya ^^. Sedangkan ini adalah versi sudut pandang orang pertama dimana aku sendiri lah yang menceritakan kembali karena awalnya cerita 'kunang-kunang' adalah original milik salah satu blogger yaitu irda handayani. Well, selamat menikmati cerita versi ku ini yah, walaupun OST nya dipilih berdasarkan ending cerita (^^,)b




Apr 21, 2012

a little chit chat




Hey wassup? Wah it's been a long time yah ga posting apa-apa. Dan agak kaget ketika sign in kesini dan tiba-tiba home nya udah berubah gitu. Yah lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali, ya ga?

Mmmm...pasti bingung kenapa aku memposting dengan menggunakan gambar ini kan? *hayoo ngaku*. Gambar ini asli aku ambil dengan menggunakan kamera handphone samsung ku (^^,)v pada saat lagi hangout bareng teman-teman ku. Dilihat dari warna nya, itu bukan lah sejenis kopi atau pun mochachinno. Itu adalah Chocolate Panas. Yup! karena aku sudah berjanji kepada seseorang dan diri ku sendiri untuk 'tidak' meminum sejenis kopi lagi. Is it a wish decision or nope?

Awalnya aku pergi bersama dua orang teman ku ke sebuah tempat yang lagi in saat ini untuk ngobrol. Mereka menyediakan berbagai macam minum sejenis kopi, coklat dan banyak lagi dengan pilihan berbagai macam donat. Obrolan kita sebatas mengenai pekerjaan masing-masing dan entah kenapa obrolan kita ga jauh-jauh dari wilayah medis karena kedua teman ku itu mempunyai hubungan dengan bagian medis *suswanto yah^^*

Aku memesan chocolate panas dan saat pelayan memberikan nya dan meletakan nya dihadapan ku, aku sangat kagum dengan apa yang ada di dalam chocolate panas itu. Yah gambar itu!! Sebuah bentuk heart yang sengaja di buat oleh si pelayan buat ku (curiga si pelayan kenapa yah). Teman ku yang satu lagi juga memesan hal yang sama tetapi sepertinya pelayan tersebut tidak menggambar apapun di chocolate nya. Apa karena teman ku itu cowok yah jadinya si pelayan tidak memperlakukan hal yang serupa seperti aku (agak absurd juga ngeliat cowok mengukir gambar heart ke cowok hahaha)

Tanpa menunggu lama, aku pun menjadi fhotografer dadakan dan mengeluarkan handphone samsung ku kemudian menyetel pengaturan di kamera agar terlihat seperti fhotografer beneran. Hasilnya tidak mengecewakan dan langsung ku save untuk menjadi ide dalam story terbaru ku. Sayangnya, karena kesibukan, aku lupa dengan ide itu. Mengecewakan yah? Terkadang aku sangat menyesalkan apabila ide yang timbul pasti di saat-saat mau tidur. Dan aku pasti tidak bisa selalu be-gadang terus karena mengingat aku memliki kewajiban yang utama yaitu ke kantor.

Kepada kalian yang selalu senantiasa menunggu postingan ku. Aku ucapkan terima kasih yah ^^. Walaupun bisa dibilang aku masih newbie dalam tulis menulis dan blogger, tapi aku usahakan akan selalu memposting ke blog ini.

Jikalau tidak ada irda handayani yang selalu senantiasa mengingatkan postingan baru ku, mungkin aku sudah lupa yah hahahaha.... Karena kesibukan ku yang mana bulan April ini adalah bulan yang penuh perjuangan dalam hal perpajakan. Dan aku bertanggung jawab penuh dalam hal itu.

Tenangggg.....,aku tidak akan mengikuti jejak gayus yang selalu disangkut paut kan apabila berbicara mengenai pajak.

Sekarang ini, aku lagi berusaha untuk mencari ide story buat Ryu dan Kim. Jikalau ada diantara kalian yang memiliki ide bagus, bisa sharing kok ^^


NB : harap bersabar yah

Mar 8, 2012

i look to you....




Saat ini kaki ku berdiri di atas tanah lapangan yang dulunya di jadikan tempat upacara setiap hari senin. Sedikit becek memang tapi aku sangat menyukainya. Aku berjalan menuju kelas ku yang dulu selalu ku datangi setiap jam 6.30 pagi. Bisa ku bayangkan bagaimana aku yang seorang diri pada saat itu datang ke dalam kelas. Masih sepi dan lapangan yang hening dengan rerumputan seadanya dan beberapa pohon yang dulu dikatakan ada ‘penghuninya’.

‘Ada yang bisa saya bantu?’ tiba-tiba seorang laki-laki separuh baya memanggil ku dari balik tembok. Aku sangat terkejut dan mulai menyadari ternyata laki-laki itu adalah penunggu sekolah ku ini.

‘Pak de! Apa kabar?’ kataku tanpa basa basi dan mengulurkan tangan ke arahnya. Dia pun menyambut uluran tangan ku.

‘Oh alumni disini juga toh. Maaf, saya sudah tua jadi tidak ingat nama setiap alumni’ jawab laki-laki yang ku panggil Pak de itu.

‘Tidak apa-apa. Wah Pak de masih sehat yah. Padahal sudah lebih 8 tahun kalau tidak salah’ aku pun tersenyum ke arah Pak de.

‘Anak kesini dalam rangka apa?’ tanya nya sambil membuka kelas yang aku datangi itu. ‘Ingin memakai kelas ini ya?’ tanya nya kembali.

‘Kita mau mengadakan reunian pak de. Pasti seru! Makanya kita janjian disini jam 5 sore tapi seperti nya saya yang kecepatan datang nya’ jawab ku sambil tertawa.

Tiba-tiba sebuah motor masuk menuju samping kelas dan berhenti. Ku lihat seorang laki-laki muda dengan memakai helm turun dari motor yang di kemudikan nya. Kemudian membuka helmnya.

‘Baru datang kim? Sudah ku bilang tunggu saja di tempat kerja mu. Biar aku jemput’ kata pemuda itu.

‘Aku tidak mau tergantung dengan mu. Lebih baik aku pergi sendiri’ jawab ku sambil masuk ke dalam kelas yang telah dibuka oleh pak de.

‘Nanti jikalau sudah selesai, bisa panggil saya di depan ya nak’ kata pak de kepada ku dan teman ku yang baru datang tadi.

‘Ok pak de. Nanti biar kita yang kunci deh. Pak de terima beres’ kata teman ku itu.

Pak de pun meninggalkan kami berdua di dalam kelas yang memiliki memori akan masa-masa sekolah dulu. Aku pun menuju meja dimana aku selalu menghabiskan waktu belajar hingga sore hari. Aku menarik kursi dari meja itu dan duduk sambil memandang papan tulis yang sekarang sudah berganti menjadi whiteboard. Maklum, dulu pada saat aku masih sekolah, yang ada Cuma papan tulis dengan menggunakan kapur tulis.

‘Eh apa kau masih ingat, dulu pada saat jam istirahat aku selalu menunggu mu di depan pintu kelas ini kan?’ kata pemuda itu kembali.

‘Maksud mu?’

‘Iya. kita selalu sama-sama kalau jam istirahat. Masa kau lupa’

‘Maksudmu aku tidak lupa mengenai kau yang selalu datang ke kelas ku untuk mencomot bekal makan siang ku kan?kalau itu aku tidak bakalan lupa, Ryu’ jawab ku sambil terkekeh geli begitu mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu.

‘Oiya, kau kan pernah menjadi juara di kelas mu. Saat itu, kau benar-benar tidak percaya jikalau nama mu di panggil. Butuh beberapa menit untuk menyadarkan mu’ sambungku yang masih terkekeh begitu mengingat masa-masa pengumuman juara kelas pada masa itu.

‘Wajar kalau aku bengong. Aku benar-benar shock! Seakan hari itu adalah mimpi. Malahan aku ingin mengatakan kepada kepala sekolah “you’ve got punk” tapi kayak nya aku tidak berani yah’ jawab nya sambil ikut tertawa.

Masa-masa SMU adalah masa yang benar-benar luar biasa menurutku. Pertama kali aku kelabakan pada saat di tugaskan untuk menulis surat cinta untuk salah satu senior pembimbingku. Dan Ryu yang melihat ku saat itu malah menertawakanku dan mengatakan kalau aku ini ‘culun’.

Surat cinta yang aku tulis benar-benar bukan surat cinta. Dan itu pun yang menulis bukan aku tapi mama (miris...). Sampai-sampai abang ku mengatakan “surat cinta itu harus menggunakan kertas dan amplop surat dengan berwarna pink biar terkesan romantis”. WHAT?? Yang benar saja. kenapa harus menggunakan warna pink? Kenapa bukan biru atau hijau? Ah sudah lah, toh face menulis surat cinta untuk pertama dan terakhir sudah ku lewati dengan predikat LULUS.

‘Yah mereka pada terlambat. Alasan nya kerjaan masih banyak. Dasar tukang ngaret!!!’ ucapan Ryu membuat ku sadar akan lamunan ku yang sedari tadi tidak disadari oleh Ryu. ‘Hey Kim, apa kau baik-baik saja?’ tiba-tiba Ryu bertanya kepada ku.

‘Aku? Aku baik-baik saja. Kenapa?’

‘Wajah mu itu tidak bisa membohongi ku tau! Menurut mu sudah berapa lama aku mengenal mu? Setahun? Atau dua tahun?’

Akupun tertawa miris dan menundukan kepala ku ke meja yang masih terbuat dari kayu ini. Dasar Ryu, selalu saja mau ikut campur. Oughh memang nya kelihatan sekali di wajah ku? batin ku.

‘Aku baik-baik saja ah tidak tidak. Aku tidak baik-baik. Ada beberapa semacam pikiran yang selalu di benak ku. Tapi jiakalau aku mengatakan nya, aku takut kalau aku melampaui batas’ terang ku sambil melihat ke arah Ryu.

‘Pemikiran mu rumit sekali Kim. Gunakanlah kata-kata yang sederhana. Karena aku tidak sepintar anak lulusan IPA seperti mu’ kata Ryu sambil duduk di atas meja yang ada di depan ku.

‘Aku ingin sebuah kejelasan. Kau kan tahu kalau aku ini terkadang mengatakan apa yang aku pikir kan secara tegas. Tapi kenapa dalam hal ini aku tidak bisa? Dan sepertinya ada saja yang menjadi penghambat dalam hal itu’

‘Tunggu-tunggu, maksud mu dengan kejelasan disini...... Huaaaa Kim Nana, kau...kau...kau....serius???’ tanya Ryu yang tidak percaya.

Kemudian wajahku memerah seperti kepiting rebus yang baru keluar dari wajan. Aku kemudian meninju lengan Ryu dan kali ini Ryu menangkap tinjuanku itu dan menahan nya sejenak.

‘Gadis yang sudah beranjak menjadi wanita, tidak pantas menggunakan tinju seperti ini. Tidak bisa kah kau bersikap seperti wanita dewasa pada umum nya? Kim, kau tidak perlu malu seperti itu. semua wanita di dunia ini pasti akan merasakan nya. Jadi bagaimana? Jantungmu berdetak kencang kan? Pikiran mu selalu tertuju kepada nya kan?’

‘Ya. Jantung ku berdetak kencang dan pikiran ku tertuju kepada dia. Tapi..’

‘Tapi kenapa?’

‘Ada satu kejanggalan yang aku rasakan. Aku merasa seperti orang yang memohon sesuatu kepada nya. Aku ingin dia lebih memperlihatkan sikapnya kepada ku. Aku tidak tahu apakah dia suka atau tidak dengan apa yang aku lakukan. Beberapa orang mengatakan aku adalah orang yang cuek akan sesuatu. Hanya saja, aku tidak tahu apakah aku terlalu tidak memperdulikan dia atau bahkan terlalu berlebihan. Aku membutuhkan orang yang mengerti akan diriku karena aku orang yang tidak bisa memperlihatkan perasaan ku’

‘...disaat aku mengatakan jikalau aku baik-baik saja, aku ingin dialah yang menghiburku tanpa harus mendengar penjelasan mengapa aku bersikap aneh. Di saat aku tertawa dalam tangisan, aku ingin dialah yang menghapus air mata ku tanpa harus menunggu air mata itu kering dan hilang. Disaat aku mulai tertatih dalam semua rutinitas ku, aku ingin dialah yang senantiasa memegang tangan ku dan melindungi ku dari semua yang membuat ku terjatuh lebih dalam’

‘...disaat semua orang menertawakan ku, aku ingin dialah satu-satunya yang memberikan ku senyuman sehingga aku masih bisa merasakan harapan itu ada. Disaat semua orang tidak peduli dengan ku, aku ingin dialah satu-satunya yang peduli terhadap ku sehingga aku tidak merasa terpuruk dengan hal lain’

‘...katakan Ryu, apa aku salah memiliki harapan yang demikian? Apa aku salah jikalau aku mengharapkan hal itu suatu saat akan terjadi kepada ku? apa aku salah Ryu?’

‘...aku bukan malaikat, bukan. Aku bukan manusia yang sempurna, bukan. Aku adalah manusia seperti dia. Aku memiliki keterbatasan emosional dalam hidup ku. Aku bukan batu yang setiap saat akan berdiri kokoh jikalau angin kencang datang. Aku juga memiliki sisi kerapuhan di dalam diriku. Aku membutuhkan lengan yang bisa melindungiku dan membuat ku nyaman’

‘...apa aku salah Ryu?’ tanya ku akhirnya kepada Ryu yang terdiam mendengar semua perkataan ku tadi.

‘Kim, kau benar-benar serius ternyata.....’ kata Ryu yang termenung melihat ku.



NB : 'i look to you' adalah lagu yang sangat mengispirasikan untuk story ini. sehingga sengaja ku pakai untuk menjadi background music nya. setelah membaca lirik dari lagu ini pun, ternyata sangat mewakili apa yang dirasakan dalam cerita ini....semoga menyukai story ini ^^v

About Me

My photo
being who I am and loving what I'm doing coz you'll never be lonely if you learn to befriend yourself..... just remember to be yourself and remember throughout everything why you first wanted to do this...