Pages

Oct 14, 2011

Blue Story (Original Version)

Salah satu kafe di daerah Seoul.........

Dia duduk menatap lurus ke arah kota yang ramai. Kota ini selalu ramai setiap detik. Ujar pria muda itu dalam hati. Sambil meneguk segelas mochacinno kesukaan nya dan dia menatap lurus ke depan. Di depan nya telah duduk wanita paruh baya dengan dandanan yang sederhana.

‘Apa kau sehat-sehat saja?’ Tanya wanita itu.

‘Well, aku baik-baik saja’ jawab nya dengan senyuman. ‘kabar dia bagaimana?’ Tambahnya dengan meneguk kembali mochacinno nya.

‘Baik-baik saja. Sekali-sekali kau harus pulang melihat nya’ Jawab wanita paruh baya itu dengan senyuman dan menjabat salah satu tangan pria muda itu untuk meyakinkan nya.

Pria muda itu membalas dengan senyuman. ‘Ah aku mau sekali pulang tapi pekerjaan lah yang menghambatku’ tatapan nya kembali ke arah keramaian kota.

‘Apa kota ini membuat mu begitu sibuk nya sampai-sampai tidak bisa pulang?’

Pria muda itu masih menatap ke arah keramaian kota tanpa menggubris kata-kata wanita paruh baya itu. Dia menutup mata nya perlahan dan membuka kembali dan tersenyum meihat wanita di depan nya. Seperti nya ada kekhawatiran di dalam mata wanita itu.

‘Apa yang kau pikirkan?’ tanya wanita itu air muka yang sangat khawatir.

‘Aku sepertinya telah melakukan kesalahan. Kota ini mungkin telah membuat ku gila. Sampai-sampai aku tidak menghiraukan kiri dan kanan lagi. Aku bertindak seolah-olah aku lah yang benar. Aku bertindak seolah-olah aku lah yang di butuhkan. Aku bertindak seolah-olah aku lah yang memegang kekuasaan. Aku pikir apa yang aku lakukan itu tidak salah. Aku pikir apa yang aku lakukan itu tidak keterlaluan. Tapi akhirnya aku menyadarinya bahwa semua itu salah. Salah besar’ pria muda itu menundukan kepala nya dan terlihat putus asa. ‘aku terlalu naif dengan apa yang aku perbuat. Aku terlalu polos dengan apa yang aku percayai. Mereka membuat aku seperti kriminal yang mengambil yang bukan hak nya. Mereka membuat aku seperti pecundang yang selalu di permainkan’

Pria muda itu terus mengoceh tanpa henti sedangkan wanita paruh baya itu mendengarkan dengan seksama walaupun seperti nya dia tidak terlalu mengerti akan apa yang di bicarakan pria muda itu.

‘Aku terlena dengan rayuan kota ini. Terlena akan hiruk pikuk dan tawa canda yang di tawarkan nya. Sehingga aku lupa akan keluarga ku sendiri. Aku bertindak gegabah. Aku merusak segala nya. Benteng yang aku bangun seolah-olah retak dengan sendiri nya. Aku bertanya kenapa dengan ku? Aku bertanya ada apa dengan ku? Aku merusak citra yang telah ku tanam selama ini. Dan sekarang aku merasakan dampak nya’ Pria muda itu kembali meneguk mochacinno nya dan melanjutkan pembicaraan kembali.

‘Aku kacau. Aku tidak tau apa yang ku lakukan kemarin itu salah atau benar. Aku pergi bersama dengan orang yang seharusnya tidak boleh. Aku pergi bersama dengan orang yang seharusnya aku jauhi. Dan hal itu terjadi karena ketidaktahuan ku. Kenaifan ku. Aku dibutakan dengan anggapan berteman itu sangat baik. Tapi sayang nya aku salah. Benar-benar salah’

‘Pada saat aku berkaca, aku merasa jijik dengan diriku sendiri. Di dalam kaca itu aku melihat sosok yang sangat kasihan. Aku kasihan dengan sosok ku sendiri. Aku kasihan dengan apa yang kemarin aku perbuat. Yah walaupun sebagian orang menganggap itu adalah hal yang biasa tapi bagi ku itu adalah kesalahan yang besar. Aku pun akan merasa kecewa jikalau tunangan ku pergi dengan orang lain. Yah tunangan......’ mata pri muda itu menatap kosong ke arah wanita di depan nya. Dia ingin menangis di depan wanita itu tapi itu tidak mungkin. Karena dia perpegang teguh dengan prinsip nya untuk tidak menangis di depan wanita paruh baya itu.

Wanita paruh baya itu pun kaget ‘Apa yang kau katakan? Apa yang kau perbuat?’

‘Kesalahan kecil tapi berakibat besar. Apa selama ini aku salah? Yah aku salah. Aku salah menafsirkan apa yang aku lakukan dan aku pikirkan. Tidak semua orang berfikir seperti aku’ Sesal pria muda itu.

‘Eomma....’ panggil pria muda itu. ‘Apakah di umur 26 tahun ini, aku belum pantas merasakan arti penyesalan?’ Tanya pri muda itu kepada wanita paruh baya yang di panggil “eomma”.

0 komentar:

About Me

My photo
being who I am and loving what I'm doing coz you'll never be lonely if you learn to befriend yourself..... just remember to be yourself and remember throughout everything why you first wanted to do this...