Pages

Aug 10, 2012

⅟₂ .......


 


Panasnya matahari menyengat peluh seorang pemuda yang berjalan mengitari lorong koridor di tempat dia bekerja. Peluh yang seakan diterpa hujan badai membasahi separuh tubuhnya. Sepertinya AC di kantor itu rusak dan membuat suasana bertambah panas.

Dia kembali ke mejanya dan berusaha bekerja dengan suasana yang sangat tidak nyaman. Ruangan itu tidak begitu besar dan hanya dirinya lah yang berada disana. Mata nya melirik ke arah pendingin ruangan yang masih saja rusak. 

Yah beginilah jikalau memakai pendingan sentral. Keluhnya dalam hati.

Kembali memandangi data financial di laptopnya dan mencari data karyawan yang berada di bawah tanggung jawabnya. Menelaah sedikit demi sedikit akan pertemuan yang beberapa menit tadi berjalan.

Yah aku memang tidak mengerti dan tidak merasakan seperti apa punya keluarga. Aku memang belum menikah. Tapi apakah layak jikalau status berkeluarga disangkut pautkan dengan pekerjaan? Senyuman miris menghiasi sudut bibirnya yang kering.

Kembali teringat akan beberapa statement yang di lontar mereka yang berada dibawah tanggung jawabnya. ‘Kita yang menjalankan, jadi bapak tidak mengerti. Bapak kan belum berkeluarga jadi tidak mengerti akan apa yang kita rasakan’.

Bagaikan ditampar ketika salah satu mereka mengutarakan hal itu tepat di depan wajahnya. Seluruh emosi yang berusaha di redam hampir saja meruak keluar dari ubun-ubun. Wajahnya pun menjadi kaku seperti marmer dan dia menelan ludahnya sendiri.

Ego? Aku pikir aku tidak egois dalam hal itu. Dan wajar jikalau aku menegur mereka dan mengarahkan ke arah yang sesuai dengan prosedur. Sekarang, dimana letak salahnya? Bukankah aku adalah atasan mereka? Bukankah aku yang memegang kendali? Bukankah aku yang mempunyai wewenang akan apa yang akan ku limpahkan?

Pemuda itu tertawa miris kembali sambil menatap laptopnya.

Percuma! Percuma aku melakukan koordinasi, perencanaan dan pengawasan jikalau aku tidak boleh menggunakan wewenang yang aku punya. Dan yang gilanya lagi malah mereka yang mengarahkan apa yang harus aku lakukan. Lalu apa fungsi ku disini? Apa aku hanya orang pengambil data kemudian tidak melakukan verifikasi dalam segala hal dan melangkah pergi begitu saja tanpa ada tanggung jawab dengan apa yang aku dapat? Apa aku hanya orang yang dianggap ‘masih’ sangat hijau dalam pekerjaan? Apa aku hanya ‘boneka’ saja jikalau terjadi sidak maka yang bertanggungjawab akan pekerjaan mereka adalah AKU?

Tidak! Ini tidak benar. Semua masukan mereka bisa menyesatkanku kembali ke dalam ruang waktu yang pernah aku singgahi. Dan aku tidak sudi untuk mengunjungi ruang itu kembali. 

Pemuda itu menyandarkan punggung dan kepala nya ke dalam kursi yang sudah 3 tahun ini setia menemaninya.

Ya tuhan. Sudah 3 tahun lamanya aku bekerja disini tapi kenapa semua kejadian setiap tahun berulang. Sepertinya itu menjadi kisah lama yang terulang terus menerus. Apa aku salah jikalau aku ingin melakukan perubahan sedikit demi sedikit untuk kepentingan mereka?

Menikah? Heh? Aku baru menyadari jikalau aku belum melakukan hal itu. Aku selalu saja sibuk dengan pekerjaanku sendiri. Sangat terfokus dengan perumusan, pelaporan dan pengrekapan yang senantiasa ku lakukan tanpa harus disuruh. Dan mereka malah menyinggung soal menikah kepada ku.

Sepertinya kata itu langsung membuat ku terdiam ditempat. Terpaku bagaikan pohon musim gugur yang menunggu datangnya musim dingin. 

Pemuda itu menghela nafas panjang dan melepaskan kacamatanya kemudian memejamkan matanya yang penat seharian ini.

Satu hal yang tidak aku pikirkan adalah masalah yang satu itu. Aku menyadari beberapa kerabat dan teman-teman ku begitu pula keluarga ku sudah menanyakan hal yang sama. Hanya saja entah kenapa  pekerjaan selalu mengambil porsi setengah dari isi otak ku.

Menyita hampir 24 jam yang aku miliki dalam satu hari. Bahkan aku dianggap pembual karena aku tidak bisa menepati janji dengan mereka yang di luar sana sangat menyimpan simpati kepada ku. Ah aku benar-benar merasa bersalah jikalau mengingatnya.

Terkadang aku malah bertanya apa yang ku cari selama ini? Aku merasa pencarian ku tidak akan putus suatu saat. Entah aku yang harus mengakhiri atau memang takdir ku lah yang mengakhiri pencarian itu. Hidup sangatlah rumit. Hidup tidak bisa menggunakan rumusan phitagoras yang selama ini aku pelajari di bangku sekolah.

Hidup seperti sebuah seni yang tertuang di dalam kanvas dan berubah menjadi sebuah lukisan dimana pelukisnya adalah aku sendiri. Dan mereka malah menjudge ku tidak mengerti. Aneh! Benar-benar sangat aneh.

Pemuda itu kembali terkekeh.

0 komentar:

About Me

My photo
being who I am and loving what I'm doing coz you'll never be lonely if you learn to befriend yourself..... just remember to be yourself and remember throughout everything why you first wanted to do this...