Pages

May 16, 2012

Helena?!?!?!?!.......



Di sebuah kamar yang cukup besar dimana deretan lemari besar berisikan manga jepang naruto yang tersusun rapi. Disamping lemari tersebut terdapat meja belajar yang di atasnya tersusun kumpulan beberapa buku pelajar SMU kelas 2 IPA dan beberapa kertas ujian yang sengaja di letakan berantakan. Di atas meja belajar itu juga terdapat komputer beserta keyboard nya dan di bawah meja tersembunyi speaker yang lampu ON nya masih menyala. Di depan meja belajar tersebut terdapat tempat tidur yang ukuran nya lumayan besar dengan di tutupi bed cover AC Milan berwarna biru dan di samping nya terdapat meja kecil dimana diatas nya terpampang foto tiga orang dengan senyuman yang ceria dan jam weker bergaya antik. Tiba-tiba....

‘Kriiinggg….!!!’ Jam weker itu berbunyi lumayan nyaring dan sesaat bed cover AC Milan berwarna biru itu bergerak. Dan sebuah tangan keluar dari balik bed cover, berusaha menggapai jam weker itu dan mematikan nya. Setelah jam weker itu tidak kembali berbunyi, tangan tadi pun kembali masuk ke dalam bed cover dan secara tiba-tiba seorang pemuda muncul dari balik bed cover itu. Pemuda itu memaksakan tubuh nya untuk bangun dan berdiri. Dengan langkah gontai dan mata masih sedikit terpejam, pemuda itu berjalan menuju kamar mandi yang berada di sudut kamarnya. Pemuda itu pun segera mencuci muka nya sebentar dan langsung mengambil baju olahraga yang sengaja di gantung nya di balik pintu kamarnya. Dan dia langsung membuka pintu kamarnya dengan sedikit berlari.

Pemuda itu menuruni anak tangga menuju lantai dasar. Lalu dia segera menuju tempat paling sudut dari rumah nya yaitu garasi. Dia pun membuka pintu kecil yang memisahkan antara dapur dan garasi. Pemuda itu kemudian mengambil sepatu kets yang ada di dalam rak sepatu di pojokan garasi dan menyeret sepeda fixie nya menuju pintu garasi. Dia pun menarik ke atas salah satu tungkai pintu dan angin pagi yang dingin langsung menyapu wajah nya. Tanpa memikirkan apa-apa lagi, pemuda itu langsung menaiki sepeda nya dan mengayuh nya dengan kuat.

Terlihat beberapa rumah yang letak nya sangat berjauhan. Tanpa sadar pemuda itu telah mengayuhkan sepeda nya cukup jauh, hampir menuju hamparan semak belukar di dekat kompleks perumahan yang dia huni. Tiba-tiba pemuda itu mengerem kan sepeda nya sehingga kerikil di sekitar nya menjadi buyar. Nafas nya naik dan turun tidak beraturan dan kemudian pemuda itu merasakan sesuatu yang aneh. Dia merasakan bahwa dia sedang di amati oleh ‘sesuatu’. Jantungan nya mulai berdegup dengan kencang, dia mencoba mengatur nafas nya untuk kembali normal beberapa saat. Tapi ‘sesuatu’ itu masih mengawasi nya. Tangan nya menggenggam stang sepeda dengan erat. Pikiran nya mulai di penuhi rasa ketakutan. Bergegas dia pun langsung memutar sepeda nya dan mengayuh dengan sekuat tenaga pergi meninggalkan tempat yang menurut nya mulai membuat nya takut. Tiba-tiba sesuatu melintas di depan nya dan dia pun langsung menggenggam erat rem sepeda nya. Nafas nya pun menderu kencang dan ternyata itu adalah seekor kunang-kunang kuning. Diperhatikan nya kunang-kunang kuning itu terbang kesana kemari mengelilingi nya. Pemuda itu kembali mengatur nafas nya dan mengayuhkan sepeda nya kembali menuju rumah nya.

Sesampai di depan pintu garasi, pemuda tadi menghentikan sepeda nya dan berjalan menggiring sepeda itu masuk. Tapi dia langsung terkejut ketika dia melihat kunang-kunang yang tadi dia temui. Wajah nya memperlihatkan keanehan dengan kunang-kunang itu dan secara tiba-tiba menggigit lengan kiri nya.

‘Aduuhhh!!!’ seru pemuda tersebut dan langsung melepaskan pegangan stang sepeda sehingga membuat sepeda itu terjatuh. Pemuda itu pun mengelus tangan kiri nya yang kesakitan dan ketika dia mencoba mengusir kunang-kunang tadi, serangga yang dapat mengeluarkan cahaya pada malam hari itu pun lenyap seketika.

‘Tony… sepedanya kok di baringkan di situ? Masukin ke garasi dong?!’ kata seorang wanita paruh baya yang tiba-tiba muncul dari deretan bunga bonsai yang ada di depan halaman rumah.

‘Eh Mama, ngagetin aja. Iya Ma, tadi Tony di gigit kunang-kunang, makanya sepeda Tony jatuh dan tergeltak di situ’ jawab pemuda yang di panggil dengan mana Tony tadi. Dia pun segera menggambil sepeda fixie yang tidak sengaja di jatuhkan nya dan menggiringnya masuk ke dalam garasi.

Tidak beberapa lama pemuda yang bernama Tony itu keluar dari garasi. Dia berlari ke arah wanita paruh baya yang di panggil nya Mama tadi.

‘Mama kok tumben bangun cepat?’ kata Tony yang sudah duduk di kursi depan sambil memperhatikan wanita yang ada di depan nya itu. Wanita yang merupakan ibu nya Tony itu pun menoleh ke arah Tony dan memperhatikan raut wajah anak nya yang seperti nya sedang kelelahan.

‘Iya, mama mau ngurusin tanaman mama yang terlantar ini. Karena mama tidak punya anak perempuan, jadi siapa lagi yang mau menata taman kita selain mama?” jawab wanita itu kembali membalikan badan nya dan menunduk sambil mencabuti rumput yang tumbuh di sekitar pohon bonsai kesayangannya.

Pemuda yang bernama Tony tadi masih memperhatikan ibu nya yang sedang asik mencabuti rumput-rumput kecil di sekeliling pot bonsai-bonsai yang berjejer di halaman rumah nya.

‘Ma, aku bantuin ya?’ tiba-tiba Tony berdiri dan berjalan ke arah ibunya dan berdiri sejajar. Kemudian dia pun menunduk mengikuti posisi ibu nya sambil mencabuti rumput salah satu deretan pohon di sebelah ibu nya. ‘Boleh, tapi jangan kamu mencabuti tanaman mawar mama ya?’ jawab ibu nya di balik deretan pohon bonsai tanpa melihat apa yang anaknya kerjakan.

‘Siap ma!’ sahut Tony.

***

Seorang pemuda yang biasa di panggil Tony itu tergeletak di atas tempat tidur nya dengan di balut kan bed cover AC Milan warna biru. Nafas nya tampak sangat teratur dan sangat nyenyak. Tiba-tiba dia menolehkan kepala nya secara tidak sadar ke kiri dan ke kanan. Seperti nya pemuda itu bermimpi sangat buruk. Nafas nya menjadi tidak teratur, seakan-akan dia sudah berlari bermil-mil. Kelopak mata nya pun bergerak-gerak seakan ingin terbuka dan mengakhiri mimpi buruk nya. Tangannya terkepal sangat kuat.

Keringat sudah mengucuri sebagian wajah nya dan secara tiba-tiba tubuh nya memaksa untuk bangun. Pemuda itu terduduk dan merasakan kengerian sesaat, mata nya mulai mencari sesuatu yang didalam mimpi nya tadi. Sesuatu yang sangat terang dilihat. Dengan perasaan yang masih shock akan mimpi yang dia dapati barusan. Dia pun memejamkan mata nya sebentar dankemudian dia teringat akan bekas gigitan kunang-kunang pagi tadi. Pemuda itu pun menarik tangan kiri nya dan mencari gigitan serangga itu. Wajah nya kembali pucat ketika dia mengetahui bahwa gigitan kunang-kunang itu hilang tanpa bekas.

Pemuda itu meilirk ke arah kiri dan di lihat nya jam weker nya telah menunjukan pukul 05.30. Masih dengan rasa penasaran akan hilang nya gigitan kunang-kunang, pemuda yang biasa di panggil Tony itu berusaha untuk mencerna apa arti dari mimpi buruk nya itu. Dia mulai mengingat-ingat kejadian yang dia alami di alam bawah sadar nya tanpa menyadari ternyata ibu nya sudah memanggil nya dari balik pintu. Ketukan pintu baru terasa nyata bagi pemuda itu dan menyadarkan nya kembali ke alam nyata. Ketukan pintu pun masih juga di dengar nya begitu pula suara ibu nya.

‘Tony...Tony...bangun nak! Sudah hampir jam 6. Ayo bangun! Nanti kamu terlambat ke sekolah’ seru ibu nya yang sedari tadi berdiri di balik pintu dan berusaha membangunkan anak nya.

Akhirnya pemuda itu pun beranjak dari tempat tidur nya dan mengambil handuk yang bertengger di dekat kamar mandi nya sambil berkata ‘Iya ma..Tony sudah bangun’.

Suasana SMU yang dipenuhi dengan remaja berseragam putih abu-abu terlihat hilir mudik kesana kemari. Beberapa mereka sedang duduk di kursi putih yang terbuat dari kayu. Mereka duduk berjejer sambil mengobrol dengan serunya. Ada yang berlarian karena lupa membuat PR dan ada yang sibuk menyapu kelas dikarenakan jadwal piket nya hari itu.

Pemuda yang bernama Tony pun sudah terlihat di kelas nya sendiri. Kelas Tony tidak jauh beda dengan kelas di SMU Negeri lain nya. Whiteboard yang tergantung di depan kelas dan di atas nya terdapat foto burung garuda dimana di sebelah kiri dan kanan nya terdapat foot presiden dan wakil presiden. Meja dan kursi yang di cat berwarna coklat berjejer rapi serta terdapat foto pahlawan di sekeliling dinding kelas.

Tony beserta tiga orang teman nya pergi ke kelas sebelah untuk bertemu dengan Dani. Sesampai di kelas sebelah, terlihat Dani sedang berbincang-bincang bersama empat orang teman nya. Dua diantara nya duduk di atas meja saling berhadapan sedangkan Dani dan yang lain nya duduk di kursi coklat kayu. Tony dan yang lain nya pun menghampiri mereka. Dani memperkenalkan teman baru mereka yang bernama Nady. Saat menjabat tangan Nady, Tony terlihat sedikit kaget.

‘Kamu tidak apa-apa?’ tanya Nady kepada Tony yang kelihatan nya shock.

‘Oh nggak kok. Ok. Aku cabut dulu yah’ jawab nya singkat sambil menepuk pundak Nady dan kemudian buru-buru merubah ekspresi wajahnya kembali seperti semula. Tony pun segera beranjak dari kelas Dani tanpa menggubris teman nya yang lain. Wajah nya langsung pucat begitu dia mulai mencerna apa yang ada dalam pikirannya. Baru dua langkah dia pergi meninggalkan teman-teman nya, terdengar suara cewek yang merasakan kesakitan. Secara reflek, Tony langsung membalikan badan nya dan terlihat sangat terkejut dengan apa yang di lihat nya.

‘Aduh sakit! Kalau jalan itu lihat-lihat dong, jangan asal ngeloyor aja!’ gerutu cewek berkulit putih dan berambut panjang dan lurus.

‘Iiiiya...sorry, aku nggak sengaja. Sorry yah..?!!’ jawab Nady yang merasa bersalah dan membantu cewek itu berdiri.

Sementara itu Tony yang melihat kejadian yang sama dengan apa yang di lihatnya di dalam pikiran nya bertanya-tanya dalam hati. Hhhmmm, itu kan bayangan yang melintas di benakku tadi. Ah, mungkin itu hanya perasaanku saja yang terlalu berimajinasi. Sahutnya dalam hati.

***

Sebuah motor melaju dengan kecepatan 80 km/jam melewati jalan tol. Pengendara motor tersebut mengenakan jaket berwarna biru dan di dalam nya terdapat seragam putih abu-abu. Motor tersebut sangat gesit melewati beberapa tikungan yang akhirnya sampai ke daerah komplek perumahan di sudut kota yang sangat padat penduduk nya itu. Pengendara motor itu memberhentikan motor nya di depan pagar salah satu rumah yang cukup besar. Pengendara motor tersebut membuka helm nya dan terlihat wajah Tony yang dibasahi keringat akibat terik nya mentari saat itu.

Tony membuka pagar dengan tangan kanan nya dan mendorong pagar tersebut hingga terbuka hampir seperempatnya saja. dia pun mendorong dan menggiring motor besar nya itu ke dalam perkarangan rumah dan menurunkan standar motor dan meletakan helm nya di atas motor kemudian menutup kembali pagar yang berukuran hampir menutupi seluruh badannya. Setelah itu dia pun mengambil helm tadi dan berjalan menuju garasi yang memilik pintu kecil berukuran 2 X 2 meter.

Dia pun masuk ke dalam garasi dan langsung menuju rak sepatu.

‘Ma...Mama..’ seru nya sambil masih sibuk dengan tali sepatu converse nya. Jawaban yang di tunggu nya pun tidak kunjung menyahut. Setelah selesai dengan membuka tali sepatu nya, Tony pun meletakan sepatu itu diantara jejeran sepatu lain nya. Dia pun segera masuk ke dalam rumah melalui pintu kecil yang menghubungkan antara garasi dan dapur. Disana terlihat wanita dengan memakai celemek warna merah marun sedang asik mencicipi masakan nya yang lagi terjerang di atas kompor.

‘Mama...’ Tony memanggail lembut wanita itu. Dan wanita itu pun membalikan badan nya dan tersenyum lembut melihat anak nya yang baru pulang. Tony pun berjalan ke arah ibunya dan mengambil tangan ibu nya itu dan mencium nya. Tetapi tib-tiba Tony kembali terkejut seperti hal nya di sekolah tadi. Dia merasa keanehan dan keganjilan yang tidak bisa ungkapkan.

Ting tong..Ting tong..Ting tong...

Terdengar suara bunyi bel dari pintu depan. Dan bunyi bel itu mengembalikan Tony ke dalam alam sadar nya.

‘Tony..tolong buka pintunya. Mama sedang masak dan ga bisa di tinggal’ pinta ibu nya.

Tony yang masih merasa sedikit terkejut, langsung berjalan menuju pintu depan. Pikiran nya masih sekitar apa yang dia lihat nya tadi dan berusaha untuk mengatakan kepada diri sendiri kalau itu hanya kebetulan. Setiba di depan pintu, Tony pun mengubah ekspresi wajah nya kembali seperti biasa. Saat dia membuka pintu, terlihat dua orang ibu-ibu dari rumah sebelah yang merupakan teman ibu nya sendiri. Tony tersenyum kepada kedua nya dan mempersilakan mereka duduk di ruang tamu yang berukuran cukup besar.

Tony pun kembali ke dapur untuk memberitahukan ibu nya mengenai tamu yang datang. ‘Ma, ada teman mama di depan’

‘Oh ya?Kalau begitu mama bisa minta tolong nggak sama kamu?’ kata ibu nya sambil melihat masakan yang ada di atas kompor dan mengecilkan api kompor tersebut dan melihat ke arah Tony yang sedang menganggukan kepalanya tanda bersedia membantu nya. ‘Kalau sayurnya sudah mendidih, apinya tolong dimatikan ya? Bisakan?’ tanya ibu nya sambil membuka celemek merah marun kesayangan nya dan menggantungkan nya di dinding dapur. Kemudian ibunya langsung berjalan menuju ruang tamu dan bertemu dengan teman-temannya.

Sementara Tony yang masih di dapur menjaga agar masakan tadi tidak gosong, melihat sesekali ke dalam kuali untuk mengecek apakah sudah mendidih atau belum. Dia pun mengambil beberapa manga favorit nya yaitu naruto dari dalam tas sekolah nya yang masih tergeletak di atas meja makan. Tony menarik salah satu kursi di ruang makan dan duduk diatas nya dengan memegang manga naruto dan membaca nya.

Setelah menunggu beberapa menit, Tony kembali beranjak dari kursi tadi dan segera melihat ke arah kuali yang sedang terjerang. Dan dia melihat beberapa gelembung yang muncul dari masakan ibunya. Tony pun langsung mematikan kompor dan mencari penutup untuk kuali tadi. Akhirnya dia menemukan penutup yang sesuai dengan ukuran kuali tersebut walaupun jikalau di lihat sangat tidak cocok. Tony segera mengambil tas sekolah nya dan menyandangnya secara asal-asalan dan berjalan menuju kamar nya di lantai dua. Sesaat dia berada di anak tangga yang paling bawah, Tony memiringkan badan nya untuk melihat kejadian di ruang tamu.

Terlihat tiga orang ibu-ibu yang sedang bercakap-cakap dengan semangat disana. Dan Tony mengkerutkan kening nya dan mencoba mengingat-ingat dimana dia pernah melihat kejadian seperti ini. Pikiran Tony kembali kepada beberapa menit yang lalu dimana dia mencium tangan ibu nya dan melihat kejadian yang sama persis. Ah, semakin aneh! Batin nya. Tidak mau memikirkan hal aneh yang terjadi beberapa hari ini, Tony berjalan menaiki anak tangga menuju kamar nya.

Setiba di kamar, Tony menggantungkan tas sekolah nya ke kursi dekat meja belajar dan membuka jaket sport yang sedari tadi dia kenakan terus. Setelah menggantungkan jaket nya di balik pintu kamar tanpa menukar terlebih dahulu baju seragam nya, Tony melemparkan badan nya ke atas kasur. Dan dia pun menelungkupkan badan nya. Pandangan nya tertuju kepada jam weker antik yang berada di sebelah kiri tempat tidur nya. Udara di kamar Tony menjadi sejuk dengan ada AC yang bersuhu kan 22 derajat. Sayup-sayup matanya terpejam dan akhirnya dia pun tertidur dan bermimpi yang sama.

Terbangun dengan banjiran keringat dan nafas yang menderu membuat Tony kembali teringat kepada mimpi buruk nya semalam. Dia mencoba mengatur nafas nya dan berlari menuju kamar mandi dengan nafas yang masih terengah-engah. Tony membasuh wajah nya dan memcoba merilekskan pikiran nya. Dia pun keluar dari kamar mandi dan mencari handuk kering di dalam lemari di samping tempat tidur nya dan mengeringkan wajah nya. Tony memutuskan untuk turun ke bawah dan di lihat nya para ibu masih saja asik bercakap-cakap di ruang tamu. Tony melirik jam yang ada di atas pintu menuju dapur. Disana terlihat pukul 15.00 wib dan dia menyimpulkan bahwa dia tertidur tidak lebih dari 1 jam.

Kaki nya pun membawa nya ke meja makan. Ternyata ibunya telah menata makanan di atas meja makan. Tony membuka penutup yang terbuat dari plastik dan di balut dengan kain dan rajutan yang sederhana. Kemudian dia meletakan penutup itu di atas kulkas dan kembali ke depan meja makan. Matanya mengitari masakan yang ada di depan nya dan buru-buru dia duduk di meja makan dan membalikan piring yang sedari tadi sengaja di telungkupkan. Tony pun memakan lahap masakan yang dibuat ibunya karena sepulang sekolah tadi, dia belum memakan apa pun.

Setelah menyelesaikan makan siang nya yang tertunda, dia pun membereskan meja makan dan meletakan piring kotor ke tempat pencuci piring dan kembali ke kamar nya yang berada di lantai dua. Tony bergegas mengambil handuk dan langsung menuju kamar mandi. Beberapa menit kemudian Tony keluar dari kamar mandi dengan menggunakan celana pendek selutut dengan handuk bertengger di sekeliling leher nya. Tony mengambil baju kaos yang sportif dan celana jeans kesayangan nya dan segera mengganti ala celana pendek dan handuk nya itu.

Sore ini Tony berencana untuk memberikan ruang pikiran nya untuk beberapa jam. Dia pun memutuskan untuk pergi dengan motor nya yang masih berada di luar. Dengan berpakaian santai ala anak remaja, Tony mengambil jaket kulit yang tergantung di balik pintu dan segera keluar dari kamarnya.

Tony pun menuruni anak tangga dengan sedikit berlari kecil dan berhenti sejenak di anak tangga terakhir dan melihat ibu nya yang masih asik bercakap-cakap dengan dua orang temannya. Tony pun berjalan menuju ruang tamu dan berpamitan dengan ibu nya kalau dia berencana untuk pergi ke cafe kenalannya. Setelah berpamitan, Tony langsung menuju garasi dan mengambil sepatu converse nya yang ‘butut’. Dia mengikatkan tali sepatunya dengan erat dan berjalan keluar melewati pintu garasi yang berukuran 2 X 2 meter itu dan mendapati motor nya masih berada di perkarangan rumah.

Tony mengendarai motor nya dengan kecepatan kencang di jalan tol dan menuju jalan besar untuk hang out sebentar di cafe kenalan nya di tengah kota. Jalanan tampak sangat ramai dengan anak seumuran Tony yang berkumpul di satu tempat atau berduaan dengan pacar mereka. Tony menghentikan motor nya di salah satu cafe yang sangat di sukai. Tony segera memparkirkan motornya tepat di depan cafe yang di tujunya. Setelah mengunci motor dan memastikan tidak ada kecerobohan yang dia buat.

Tony pun memasuki cafe yang ramai tapi tetap tenang. Dia memilih duduk di sudut cafe dan memesan minuman coklat hangat dan beberapa cemilan tentunya. Tiba-tiba seseorang datang dan menepuk bahunya. Agak terkejut dan Tony langsung membalikan badannya untuk mengetahui siapa yang menepuk bahunya. Terlihat gadis cantik dengan cardigan merah panjang dan berstyle sportif datang menghampiri nya.

‘Hallo Ton, lagi sendirian ya? Boleh aku...’ sahut gadis bercardigan merah itu sambil melirik kursi yang kosong di sebelah Tony duduk.

‘Oh silahkan. Kamu sendirian?’ tanya Tony melihat sekeliling cafe untuk memastikan saja.

‘Nggak kok. Aku bareng sama sepupuku. Itu dia sama pacarnya. Iri juga sih nggak punya pacar. Eh kalau kamu sendirian, Ton?’ Tony yang masih melihat dua orang yang di tunjuk oleh gadis di depan nya itu langsung menjawab ‘Iya, lagi pengen sendirian. Lagi boring, bete’ dengan ekspresi datar dan seperti nya Tony agak keberatan jikalau gadis cantik ini menemaninya. Gadis bercardigan merah itu pun langsung mengetahui sikap Tony yang keberatan akan keberadaannya.

‘Ooo... hmmm..aku cabut dulu ya, ada temanku datang. Bye Tony’

‘Hmmm’ jawab Tony agak merasa tidak enak karena menolak keberadaan gadis itu. Gadis bercardigan merah itu pun pergi meninggalkan Tony sendirian. Tony meneguk coklat hangat dan memakan cemilan yang di pesan nya tadi sambil menikmati alunan musik di cafe. Satu jam berlalu dan Tony pun akhirnya memutuskan untuk meninggalkan cafe itu. dia pun beranjak dari tempat duduk nya dan langsung menuju kasir dan membayar secangkir coklat hangat dan cemilan tadi.

Sesampai di luar cafe, Tony bersinggungan dengan seorang cewek berkulit agak gelap dengan memakai baju berlengan pendek dan secara tidak sengaja Tony menyentuh tangan cewek itu dan seperti kejadian sebelum nya, ada sesuatu yang aneh terjadi di dalam pikiran Tony. Dia kembali terkejut dan sedikit terlihat pucat. Namun dia pun langsung menuju parkiran motor dengan berlari. Sebelum Tony menaiki motor nya, dia melihat ke arah dalam cafe dan dia melihat cewek berkulit gelap tadi di tampar oleh cewek yang berambut keriting dengan memakai T-Shirt putih.

Dan entah kenapa kali ini Tony tidak begitu terkejut seperti biasanya. Seakan dia sudah bisa beradaptasi dengan pikiran dia yang di anggap nya sangat aneh. Dan dia pun sudah menduga sebelum nya bahwa apa yang terlintas di pikirannya itu akan terjadi.

Tujuh menit kemudian, Tony sudah bersantai di atas motornya dan belum pernah dia merasakan setenang ini. Kota di malam hari sangatlah indah. Kenapa baru sekarang dia menyadari hal ini. Di saat dia merasakan kenyamanan yang jarang dia dapat, seekor serangga yang dapat bersinar mengikuti nya dari samping dan mengelilingi nya. Awal nya itu hanya imajinasinya saja. Tetapi tiba-tiba 5 ekor serangga yang dapat bersinar mengelilingi nya lagi. Tony mulai terlihat panik. Dan segurat ketakutan di balik helmnya itu. Tidak berapa lama, sekelompok serangga itu menjadi banyak dan mulai menyerbu Tony. Wajah Tony memperlihatkan ketakutan dan dia pun langsung menancapkan gas untuk menghindari serbuan serangga yang bersinar itu atau tidak lain yaitu kunang-kunang.

Laju motor Tony sangat kencang dan hampir tidak terkendali dan saat Tony melewati persimpangan, dia berusaha untuk mengusir kunang-kunang itu dengan menggunakan tangannya. Namun kunang-kunang itu justru malah semakin mengejar Tony. Konsentrasi Tony kini menjadi buyar dan dia tidak menyadari bahwa di depan nya terdapat sebuah truk dengan kecepatan yang sangat tinggi dan akan menabraknya. Dalam waktu seperkian detik, Tony terkejut dan berusaha untuk menghindari truk itu. namun terlambat, dia sudah terseret dan terpelanting sejauh beberapa meter dan berakhir di atas aspal pada malam hari itu.

Tubuh nya tertelungkup kaku. Tony tidak bisa merasakan kaki dan tangannya. Mata nya tertuju kepada motornya yang hanya beberapa senti dari tubuhnya. Perlahan-lahan penglihatannya menjadi kabur dan sedetik kemudian dia tidak sadarkan diri.

***

Di ruangan yang sangat gelap, terlihat seseorang tergeletak kaku disana. Dia terlihat seperti sedang bermimpi buruk dan berusaha untuk bangun. Namun secerca cahaya datang entah dari mana dan seseorang itu membuka matanya. Di berusaha untuk menyesuaikan dengan terang nya cahaya karena dia merasa tertidur lama sekali. Tetapi serangga yang bersinar kembali mengelilinginya. Dia berusaha dengan sekuat tenaga untuk mengusir mereka tapi seluruh badan nya tidak bisa digerakan. Dia hanya terdiam dan menatap kunang-kunang yang semakin lama semakin banyak dan secara tiba-tiba mereka lenyap.

Kemudian seluruh ruangan menjadi gelap dan dingin. Seseorang itu langsung cemas dan ketakutan. Dia sendirian di ruang gelap itu. dia berusaha berteriak minta tolong dan menggerakan tubuhnya. Kembalikan aku ke dunia ku! Aku tidak mau berada disini! Kembalikan aku...!!! Ku mohon tolong kembalikan aku...!!! seru nya dengan suara yang tidak keluar dari mulut nya.

Di atas ruangan gelap dan dingin itu terlihat seorang ibu dengan separuh baya yang menangis di depan kuburan yang bertulis kan :

Tony Sastra Wijaya
Lahir : 25-09-1993
Wafat : 25-09-2011



*END*


NB : 
Sebenarnya cerita ini udah di posting dengan judul 'kunang-kunang' dengan sudut pandang orang kedua dimana aku sendiri yang menciptakan nya ^^. Sedangkan ini adalah versi sudut pandang orang pertama dimana aku sendiri lah yang menceritakan kembali karena awalnya cerita 'kunang-kunang' adalah original milik salah satu blogger yaitu irda handayani. Well, selamat menikmati cerita versi ku ini yah, walaupun OST nya dipilih berdasarkan ending cerita (^^,)b




Apr 21, 2012

a little chit chat




Hey wassup? Wah it's been a long time yah ga posting apa-apa. Dan agak kaget ketika sign in kesini dan tiba-tiba home nya udah berubah gitu. Yah lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali, ya ga?

Mmmm...pasti bingung kenapa aku memposting dengan menggunakan gambar ini kan? *hayoo ngaku*. Gambar ini asli aku ambil dengan menggunakan kamera handphone samsung ku (^^,)v pada saat lagi hangout bareng teman-teman ku. Dilihat dari warna nya, itu bukan lah sejenis kopi atau pun mochachinno. Itu adalah Chocolate Panas. Yup! karena aku sudah berjanji kepada seseorang dan diri ku sendiri untuk 'tidak' meminum sejenis kopi lagi. Is it a wish decision or nope?

Awalnya aku pergi bersama dua orang teman ku ke sebuah tempat yang lagi in saat ini untuk ngobrol. Mereka menyediakan berbagai macam minum sejenis kopi, coklat dan banyak lagi dengan pilihan berbagai macam donat. Obrolan kita sebatas mengenai pekerjaan masing-masing dan entah kenapa obrolan kita ga jauh-jauh dari wilayah medis karena kedua teman ku itu mempunyai hubungan dengan bagian medis *suswanto yah^^*

Aku memesan chocolate panas dan saat pelayan memberikan nya dan meletakan nya dihadapan ku, aku sangat kagum dengan apa yang ada di dalam chocolate panas itu. Yah gambar itu!! Sebuah bentuk heart yang sengaja di buat oleh si pelayan buat ku (curiga si pelayan kenapa yah). Teman ku yang satu lagi juga memesan hal yang sama tetapi sepertinya pelayan tersebut tidak menggambar apapun di chocolate nya. Apa karena teman ku itu cowok yah jadinya si pelayan tidak memperlakukan hal yang serupa seperti aku (agak absurd juga ngeliat cowok mengukir gambar heart ke cowok hahaha)

Tanpa menunggu lama, aku pun menjadi fhotografer dadakan dan mengeluarkan handphone samsung ku kemudian menyetel pengaturan di kamera agar terlihat seperti fhotografer beneran. Hasilnya tidak mengecewakan dan langsung ku save untuk menjadi ide dalam story terbaru ku. Sayangnya, karena kesibukan, aku lupa dengan ide itu. Mengecewakan yah? Terkadang aku sangat menyesalkan apabila ide yang timbul pasti di saat-saat mau tidur. Dan aku pasti tidak bisa selalu be-gadang terus karena mengingat aku memliki kewajiban yang utama yaitu ke kantor.

Kepada kalian yang selalu senantiasa menunggu postingan ku. Aku ucapkan terima kasih yah ^^. Walaupun bisa dibilang aku masih newbie dalam tulis menulis dan blogger, tapi aku usahakan akan selalu memposting ke blog ini.

Jikalau tidak ada irda handayani yang selalu senantiasa mengingatkan postingan baru ku, mungkin aku sudah lupa yah hahahaha.... Karena kesibukan ku yang mana bulan April ini adalah bulan yang penuh perjuangan dalam hal perpajakan. Dan aku bertanggung jawab penuh dalam hal itu.

Tenangggg.....,aku tidak akan mengikuti jejak gayus yang selalu disangkut paut kan apabila berbicara mengenai pajak.

Sekarang ini, aku lagi berusaha untuk mencari ide story buat Ryu dan Kim. Jikalau ada diantara kalian yang memiliki ide bagus, bisa sharing kok ^^


NB : harap bersabar yah

Mar 8, 2012

i look to you....




Saat ini kaki ku berdiri di atas tanah lapangan yang dulunya di jadikan tempat upacara setiap hari senin. Sedikit becek memang tapi aku sangat menyukainya. Aku berjalan menuju kelas ku yang dulu selalu ku datangi setiap jam 6.30 pagi. Bisa ku bayangkan bagaimana aku yang seorang diri pada saat itu datang ke dalam kelas. Masih sepi dan lapangan yang hening dengan rerumputan seadanya dan beberapa pohon yang dulu dikatakan ada ‘penghuninya’.

‘Ada yang bisa saya bantu?’ tiba-tiba seorang laki-laki separuh baya memanggil ku dari balik tembok. Aku sangat terkejut dan mulai menyadari ternyata laki-laki itu adalah penunggu sekolah ku ini.

‘Pak de! Apa kabar?’ kataku tanpa basa basi dan mengulurkan tangan ke arahnya. Dia pun menyambut uluran tangan ku.

‘Oh alumni disini juga toh. Maaf, saya sudah tua jadi tidak ingat nama setiap alumni’ jawab laki-laki yang ku panggil Pak de itu.

‘Tidak apa-apa. Wah Pak de masih sehat yah. Padahal sudah lebih 8 tahun kalau tidak salah’ aku pun tersenyum ke arah Pak de.

‘Anak kesini dalam rangka apa?’ tanya nya sambil membuka kelas yang aku datangi itu. ‘Ingin memakai kelas ini ya?’ tanya nya kembali.

‘Kita mau mengadakan reunian pak de. Pasti seru! Makanya kita janjian disini jam 5 sore tapi seperti nya saya yang kecepatan datang nya’ jawab ku sambil tertawa.

Tiba-tiba sebuah motor masuk menuju samping kelas dan berhenti. Ku lihat seorang laki-laki muda dengan memakai helm turun dari motor yang di kemudikan nya. Kemudian membuka helmnya.

‘Baru datang kim? Sudah ku bilang tunggu saja di tempat kerja mu. Biar aku jemput’ kata pemuda itu.

‘Aku tidak mau tergantung dengan mu. Lebih baik aku pergi sendiri’ jawab ku sambil masuk ke dalam kelas yang telah dibuka oleh pak de.

‘Nanti jikalau sudah selesai, bisa panggil saya di depan ya nak’ kata pak de kepada ku dan teman ku yang baru datang tadi.

‘Ok pak de. Nanti biar kita yang kunci deh. Pak de terima beres’ kata teman ku itu.

Pak de pun meninggalkan kami berdua di dalam kelas yang memiliki memori akan masa-masa sekolah dulu. Aku pun menuju meja dimana aku selalu menghabiskan waktu belajar hingga sore hari. Aku menarik kursi dari meja itu dan duduk sambil memandang papan tulis yang sekarang sudah berganti menjadi whiteboard. Maklum, dulu pada saat aku masih sekolah, yang ada Cuma papan tulis dengan menggunakan kapur tulis.

‘Eh apa kau masih ingat, dulu pada saat jam istirahat aku selalu menunggu mu di depan pintu kelas ini kan?’ kata pemuda itu kembali.

‘Maksud mu?’

‘Iya. kita selalu sama-sama kalau jam istirahat. Masa kau lupa’

‘Maksudmu aku tidak lupa mengenai kau yang selalu datang ke kelas ku untuk mencomot bekal makan siang ku kan?kalau itu aku tidak bakalan lupa, Ryu’ jawab ku sambil terkekeh geli begitu mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu.

‘Oiya, kau kan pernah menjadi juara di kelas mu. Saat itu, kau benar-benar tidak percaya jikalau nama mu di panggil. Butuh beberapa menit untuk menyadarkan mu’ sambungku yang masih terkekeh begitu mengingat masa-masa pengumuman juara kelas pada masa itu.

‘Wajar kalau aku bengong. Aku benar-benar shock! Seakan hari itu adalah mimpi. Malahan aku ingin mengatakan kepada kepala sekolah “you’ve got punk” tapi kayak nya aku tidak berani yah’ jawab nya sambil ikut tertawa.

Masa-masa SMU adalah masa yang benar-benar luar biasa menurutku. Pertama kali aku kelabakan pada saat di tugaskan untuk menulis surat cinta untuk salah satu senior pembimbingku. Dan Ryu yang melihat ku saat itu malah menertawakanku dan mengatakan kalau aku ini ‘culun’.

Surat cinta yang aku tulis benar-benar bukan surat cinta. Dan itu pun yang menulis bukan aku tapi mama (miris...). Sampai-sampai abang ku mengatakan “surat cinta itu harus menggunakan kertas dan amplop surat dengan berwarna pink biar terkesan romantis”. WHAT?? Yang benar saja. kenapa harus menggunakan warna pink? Kenapa bukan biru atau hijau? Ah sudah lah, toh face menulis surat cinta untuk pertama dan terakhir sudah ku lewati dengan predikat LULUS.

‘Yah mereka pada terlambat. Alasan nya kerjaan masih banyak. Dasar tukang ngaret!!!’ ucapan Ryu membuat ku sadar akan lamunan ku yang sedari tadi tidak disadari oleh Ryu. ‘Hey Kim, apa kau baik-baik saja?’ tiba-tiba Ryu bertanya kepada ku.

‘Aku? Aku baik-baik saja. Kenapa?’

‘Wajah mu itu tidak bisa membohongi ku tau! Menurut mu sudah berapa lama aku mengenal mu? Setahun? Atau dua tahun?’

Akupun tertawa miris dan menundukan kepala ku ke meja yang masih terbuat dari kayu ini. Dasar Ryu, selalu saja mau ikut campur. Oughh memang nya kelihatan sekali di wajah ku? batin ku.

‘Aku baik-baik saja ah tidak tidak. Aku tidak baik-baik. Ada beberapa semacam pikiran yang selalu di benak ku. Tapi jiakalau aku mengatakan nya, aku takut kalau aku melampaui batas’ terang ku sambil melihat ke arah Ryu.

‘Pemikiran mu rumit sekali Kim. Gunakanlah kata-kata yang sederhana. Karena aku tidak sepintar anak lulusan IPA seperti mu’ kata Ryu sambil duduk di atas meja yang ada di depan ku.

‘Aku ingin sebuah kejelasan. Kau kan tahu kalau aku ini terkadang mengatakan apa yang aku pikir kan secara tegas. Tapi kenapa dalam hal ini aku tidak bisa? Dan sepertinya ada saja yang menjadi penghambat dalam hal itu’

‘Tunggu-tunggu, maksud mu dengan kejelasan disini...... Huaaaa Kim Nana, kau...kau...kau....serius???’ tanya Ryu yang tidak percaya.

Kemudian wajahku memerah seperti kepiting rebus yang baru keluar dari wajan. Aku kemudian meninju lengan Ryu dan kali ini Ryu menangkap tinjuanku itu dan menahan nya sejenak.

‘Gadis yang sudah beranjak menjadi wanita, tidak pantas menggunakan tinju seperti ini. Tidak bisa kah kau bersikap seperti wanita dewasa pada umum nya? Kim, kau tidak perlu malu seperti itu. semua wanita di dunia ini pasti akan merasakan nya. Jadi bagaimana? Jantungmu berdetak kencang kan? Pikiran mu selalu tertuju kepada nya kan?’

‘Ya. Jantung ku berdetak kencang dan pikiran ku tertuju kepada dia. Tapi..’

‘Tapi kenapa?’

‘Ada satu kejanggalan yang aku rasakan. Aku merasa seperti orang yang memohon sesuatu kepada nya. Aku ingin dia lebih memperlihatkan sikapnya kepada ku. Aku tidak tahu apakah dia suka atau tidak dengan apa yang aku lakukan. Beberapa orang mengatakan aku adalah orang yang cuek akan sesuatu. Hanya saja, aku tidak tahu apakah aku terlalu tidak memperdulikan dia atau bahkan terlalu berlebihan. Aku membutuhkan orang yang mengerti akan diriku karena aku orang yang tidak bisa memperlihatkan perasaan ku’

‘...disaat aku mengatakan jikalau aku baik-baik saja, aku ingin dialah yang menghiburku tanpa harus mendengar penjelasan mengapa aku bersikap aneh. Di saat aku tertawa dalam tangisan, aku ingin dialah yang menghapus air mata ku tanpa harus menunggu air mata itu kering dan hilang. Disaat aku mulai tertatih dalam semua rutinitas ku, aku ingin dialah yang senantiasa memegang tangan ku dan melindungi ku dari semua yang membuat ku terjatuh lebih dalam’

‘...disaat semua orang menertawakan ku, aku ingin dialah satu-satunya yang memberikan ku senyuman sehingga aku masih bisa merasakan harapan itu ada. Disaat semua orang tidak peduli dengan ku, aku ingin dialah satu-satunya yang peduli terhadap ku sehingga aku tidak merasa terpuruk dengan hal lain’

‘...katakan Ryu, apa aku salah memiliki harapan yang demikian? Apa aku salah jikalau aku mengharapkan hal itu suatu saat akan terjadi kepada ku? apa aku salah Ryu?’

‘...aku bukan malaikat, bukan. Aku bukan manusia yang sempurna, bukan. Aku adalah manusia seperti dia. Aku memiliki keterbatasan emosional dalam hidup ku. Aku bukan batu yang setiap saat akan berdiri kokoh jikalau angin kencang datang. Aku juga memiliki sisi kerapuhan di dalam diriku. Aku membutuhkan lengan yang bisa melindungiku dan membuat ku nyaman’

‘...apa aku salah Ryu?’ tanya ku akhirnya kepada Ryu yang terdiam mendengar semua perkataan ku tadi.

‘Kim, kau benar-benar serius ternyata.....’ kata Ryu yang termenung melihat ku.



NB : 'i look to you' adalah lagu yang sangat mengispirasikan untuk story ini. sehingga sengaja ku pakai untuk menjadi background music nya. setelah membaca lirik dari lagu ini pun, ternyata sangat mewakili apa yang dirasakan dalam cerita ini....semoga menyukai story ini ^^v

Feb 11, 2012

Dearest My Little Kim....



‘Lebih baik ini dibereskan saja ya’ Kata Tante yang sibuk dengan mengurus persiapan pernikahan sepupu ku.

Aku mengamatinya dari sejam yang lalu. Sibuk dengan persiapan baik dari tenda, pelaminan dan makanan. Aku sengaja meminta izin dari tempat ku bekerja untuk membantu nya disini. Rama, anaknya yang paling bungsu lagi dinas di luar kota. Lusa baru akan pulang. Jadi aku dan keluarga ku lah yang membantu Tante dalam persiapan pernikahan.

‘Kim, kamu bereskan kamar depan ya. Banyak barang yang harus di simpan didalam kardus. Kardusnya sudah Tante siapkan, jadi kamu tinggal merapikan dan menutup kardus dengan lakban. Aduhhh!!! Itu kenapa miring???’

Tante pun berlalu dengan sepersekian detik dan mulai mengawasi para pekerja tenda pelaminan. Dan aku, aku menuruti apa yang Tante perintahkan tadi. Aku menuju kamar paling depan dari rumah ini. Kamar ini sangat luas, mungkin lebih luas dari kamar ku sendiri.

Aku membuka pintu kamar itu, dan masuk ke dalamnya. Semua masih seperti beberapa tahun yang lalu. Terakhir aku datang, kamar ini sangat berantakan sekali. Karena penghuni nya masih ada. Yah masih ada. Sepupu tertua ku lah yang menempati kamar ini bersama adik keduanya yang akan menikah besok.

Aku mulai merapikan beberapa barang, seperti sederet kaleng parfum yang aku rasa sudah lama tidak di pakai. Aku membuka lemari yang terbuat dari kayu dan melihat beberapa jejer baju kaos dan kemeja dengan wangi yang sudah lama aku rindukan. Aku mulai membereskan beberapa baju dan memasukannya ke dalam kardus yang telah disiapkan oleh Tante ku.

Terkadang aku berhenti sejenak di saat ku lihat baju yang selalu di gunakan oleh nya dulu. Yah dia yang sudah lama meninggalkan kami.

Akhirnya lemari pun telah kosong, dan aku memberitahukan beberapa pekerja untuk mengangkut nya ke lantai dua rumah ini. Kemudian aku melanjutkan dengan membereskan beberapa kertas yang ada di atas meja dan beberapa pena. Aku kemudian membuka laci pertama dari meja itu dan ternyata terkunci.

Lho? Kok? Biasanya laci ini tidak terkunci. Batin ku.

Aku mencoba membuka laci kedua dan terbuka. Segera ku raih sela-sela laci itu karena aku mengharapkan dapat menemukan kunci laci pertama. Tapi yang ku dapatkan adalah sebuah kotak pensil yang terbuat dari kertas kado dan terdapat magnet di ujung nya sebagai pengunci.

Ini bukannya kotak pensil ku sewaktu aku SMP? Batin ku lagi.

Aku membuka kotak pensil tersebut dan mendapatkan sebuah kunci. Segera ku ambil dan ku buka laci pertama dengan kunci itu. Dan ternyata benar, itu adalah kunci laci pertama. Aku seperti merasa sedang bermain detektif-detektifan, seperti waktu dulu.
Di dalam laci ternyata terdapat beberapa amplop surat berwarna putih yang masih di segel dan sepertinya belum pernah dibuka.

Dan ketika aku memeriksa beberapa surat itu, diantara surat tersebut tercantum nama ku. Aku segera membuka surat tersebut dan benar, itu memang ditujukan kepada ku tapi bukan aku yang sekarang tetapi aku yang masih duduk di bangku SMU.



Dearest My Little Kim,
Hai, apa kabar mu? Wah sudah tiga tahun kita tidak bertemu yah. Semoga pipi mu tetap chubby seperti dulu dan tetap gembul seperti biasanya.

Hey, kau mengagetkan ku saat pembicaraan terakhir kita di telepon. Juara 1? Di kelas IPA?? Jangan bercanda! Dulu saja kau tidak bisa menyelesaikan PR matematika dan bahasa inggris mu. Bagaimana mungkin??? Hahahaha....

Maaf, aku hanya bercanda. WOW!! It’s amazing dear. Ternyata kau bisa membuktikan jikalau kau bisa melakukan semua dengan tangan mu sendiri. Aku ingin memberikan mu hadiah kalau begitu. Kau mau apa? Nanti biar langsung dikirim.

Oiya, umur mu sudah lebih dari 17 tahun bukan? Umur yang cukup untuk mengenal dengan arti cinta dan juga patah hati. Sekali kau jatuh cinta maka semua yang secara logika tidak bisa bekerja lagi di otak mu. Kau akan sangat sensitif dengan semua hal. Perasaan jantuh cinta seperti saat pertama kali kau menemukan kotak yang sangat indah dan kau ingin membukanya. Jantung mu akan berdebar karena ingin mengetahui apa isi dari kotak itu.

Yah begitulah jatuh cinta dan jikalau kau berani untuk jatuh cinta maka kau harus berani untuk patah hati. Memang tidak mengenakan. Kata orang patah hati itu tidak ada yang bisa mengobatinya selain waktu. Tapi menurut ku patah hati obatnya adalah jatuh cinta lagi. Menemukan seseorang yang baru bukanlah hal yang mudah apalagi buat mu. Tapi coba lah untuk mengenal sekeliling mu. Siapa tahu ada diantara teman mu yang sangat menyayangi mu dengan tulus.

Begitu pula dengan cemburu. Apa kau sudah pernah merasakan nya? Well, biar ku tebak, pasti kau akan mengatakan 'tidak pernah'. Inilah yang mesti harus kau perhatikan. Jikalau kau merasa cemburu maka mendadak kau tidak bisa bernafas secara tiba-tiba, raut muka mu akan terlihat kaku, pikiran mu tidak akan fokus dengan satu hal. Benar kan? Bisa bayangkan kau yang sedang cemburu dan tidak akan mengakuinya kalau kau itu cemburu. Lebik baik kau akui saja dari pada kau mengelak dengan kenyataan. Dan kata orang kalau cemburu bearti kau sangat mencintainya.

Aku rasa sekarang kau pasti sudah mengalami hal itu. mungkin salah satunya atau dua-duanya. Aku tahu kau tipe yang seperti apa. Ketika kau sudah menyukai satu orang saja maka kau akan setia dan tidak akan menoleh ke yang lainnya. Dan jikalau kau sudah terluka oleh orang tersebut maka akan sulit untuk memaafkannya.

Kau yang rapuh akan hal itu, haruslah berusaha kuat untuk membangun benteng yang tinggi untuk hati mu. Karena hatimu adalah milik mu bukan orang tua mu atau orang lain. Berusahalah untuk menghapus air mata mu sendiri. Berusahalah untuk tetap berdiri tegak di depan orang yang telah menghancurkan mu. Tersenyumlah. Jangan biarkan dia tahu bahwa kau terluka.

Aku harap kau tidak seperti artis sinetron atau film itu yang kalau menangis pakai acara buang-buang tissue segala yah. Itu namanya mubazir hahaha :D Cowok adalah tipe manusia yang enggak unlimited edition kok. Banyak banget di bumi malahan. Atau sini ku kenalkan dengan teman ku yang baik? Pasti kau tidak akan mau atau malah meninju lenganku yang udah tinggal tulang ini.

Dan yang penting jangan jatuh cinta kepada orang yang salah walaupun sebenarnya kita tidak tahu yang mana. Tapi kau kan pintar. Juara 1 malahan. Pasti tahu dong mana yang ‘fake’ mana yang ‘pure’ hatinya.

Oia hadiah mu aku kirim kan ke sekolah aja gimana? Aku kepengen tahu aja reaksi teman-teman mu jikalau aku mengirim sepaket bunga mawar buat mu hahaha :D

Ok sekian dulu yah. Aku ada janji dengan teman nih. Dan sepertinya aku telat menjemputnya karena aku ingin menulis surat ini dulu kepadamu.


Yours Cool Brother,


Rastanov




Aku benar-benar tidak bisa berkutik. Seakan mendapatkan sebuah harta karun yang telah lama tersimpan. Aku perhatikan tanggal berapa dia menulis surat ini. Tahun 2003 tepat dimana aku lulus sekolah dan menuju ke jenjang yang lebih tinggi.

Ya Tuhan. Aku belum sempat berbicara dengan nya. Selama 3 tahun ini, aku sibuk dengan dunia ku sendiri.

Tanpa terasa air mata ku mengalir dan aku terisak sedih melihat surat milik ku di tangan ku ini. Aku menatap dengan kabur akibat air mata yang tidak mau berhenti ini.

Dan sekarang, bagaimana aku bisa tidak menangis. Bagaimana aku bisa berdiri tegak. Bagaimana aku bisa menghapus air mata ku. Jika kau penopang ku tidak ada di sekeliling ku lagi.

Feb 8, 2012

guess who....guess when...

Aku melihat bangku kosong di tengah taman kota dan buru-buru melangkah ke arahnya dan duduk di atas kursi panjang yang terbuat dari kayu itu. aku mengeluarkan gadget favoritku dan memutar salah satu lagu favoritku. Tidak berapa lama, lirik lagu 2NE1 yang berjudul lonely mulai mengalir di dalam otak ku dan aku sedikit menyanyikan dengan suara yang sangat pelan.

‘Hei aku kira kau bakalan menunggu ku di cafe depan sana. Kenapa malah disini?’ Tiba-tiba seorang pemuda duduk disebelah ku. Aku melepaskan headset yang tadi aku gunakan untuk mendengarkan lagu.

‘Aaah aku capek. Kaki ku bisa berkonde kalo terus mengikuti mu menelusuri toko-toko perhiasan’ Jawab ku sambil memijat kedua kaki ku yang masih terasa pegal.

‘Aku sengaja mengajak mu karena aku pikir kau dapat membantu ku’. Pemuda itu langsung mengambil dua gelas minuman dan beberapa makanan fast food dan di letakannya diantara kami.

Aku langsung mencomot beberapa makanan dan mengambil salah satu gelas yang aku rasa adalah minuman favorit ku. Aku meminumnya beberapa tegukan dan tersenyum karena benar, ini adalah minuman kesukaan ku.

‘Aaaaahh.....kau benar-benar mengenalku’ Kata ku kepada pemuda disebelah ku dan mengambil beberapa makanan lagi dan langsung memakannya.

‘Ckckckck....’ Pemuda disebelah ku sedikit takjub dengan cara makan ku yang sedikit berantakan.

‘Kennnapp—pa?’ Tanya ku sambil menelan beberapa kentang goreng.

‘Tidak. Seperti yang kau katakan, aku benar-benar mengenalmu. Sangat!’ Katanya yakin dan mengambil gelas terakhir dan beberapa makanan yang memakannya. ‘Dan seharusnya aku tidak mengajakmu dalam hal ini tapi aku tidak punya pilihan lain’. Lanjutnya sambil melihat tingkah ku dalam melahap beberapa makanan.

‘Apa kau selalu seperti ini?’ Tanya pemuda itu.

Aku berhenti sejenak untuk mencerna beberapa kalimat yang keluar dari mulutnya.
‘Maksud mu apa?’ Jawab ku sambil meminum beberapa tegukan.

‘Kau....apa kau akan seperti ini jikalau pergi dengan pacar mu? Yah setidaknya kau akan bersikap sedikit lebih yah sedikit lebih pendiam dari kau yang sesungguh nya. Ahh sepertinya itu tidak bisa yah’ Pemuda itu malah pasrah dan menempatkan dirinya sedikit berselonjor di kursi kayu panjang itu.

‘Apa itu penting?’ Aku bertanya tiba-tiba dan pemuda itupun tertawa dan mulai sedikit kehilangan keseimbangan sehingga dia harus memperbaiki cara duduknya dan melipatkan kedua kakinya kemudian menghadapku.

‘Sebenarnya tidak. Hanya saja aku pernah memikirkan bagaimana jikalau kau pergi dengan pacarmu. Hanya penasaran saja’

‘Mmm...aku tidak memikirkan sampai kesana karena aku tidak mempunyai pacar. Kau kan tahu’ Jawab ku.

‘Kenapa? Mau ku carikan pacar buat mu?’ Pemuda itu mulai menggoda ku dengan tersenyum penuh kemenangan.

‘Sudah sudah sudah. Kau selalu bisa merusak nafsu makanku. Memangnya ada berapa cowok yang mau kau kenalkan kepada ku, Ryu?’

Pemuda yang ku panggil Ryu itu mencoba berfikir keras dan tiba-tiba...

‘Aaaaa...tidak ada sih. Kau maunya seperti apa?’ Tanyanya dengan wajah innocent. Akupun melemparkan tinju ku ke pundaknya dan Ryu pun mengeluh kesakitan.

‘Rasain!’ Kataku dengan sedikit tersenyum.

Aku dan Ryu sudah hampir 10 Tahun saling mengenal. Kami berdua entah sejak kapan menjadi akrab dan semenjak duduk di bangku sekolah pun kami selalu berdua. Banyak diantara teman sekolah dulu yang bertanya-tanya soal kami berdua. Tapi mereka menganggap kami menutup-nutupi hal yang sebenarnya.

Sebenarnya kami berdua hanya berteman, tidak lebih. Kalau dilihat tampang Ryu sangat keren tapi entah kenapa aku tidak merasakan apa-apa terhadapnya. Dan tentu saja aku ini normal dan masih menyukai lawan jenis. Tapi dengan Ryu, aku merasakan sesuatu yang lain. Yah seperti saudara. Dan sampai teman kuliah kami pun menganggap kami ini pembohong.

Hari ini sangat pas buat menghabiskan waktu di luar. Itu kenapa Ryu memaksa ku untuk menemaninya mengelilingi toko perhiasan yang terus terang aku paling bisa di bilang ‘minus’ dalam hal yang satu itu.

Sejak kemarin handphone ku berisikan text dari Ryu. Jikalau ku lihat mungkin lebih dari 20 text. Kata Ryu, itu untuk mengingatkan ku untuk bangun pagi karena aku selalu bangun kesiangan jikalau tahu kalau besok itu adalah hari libur. Sampai-sampai Ryu menyetelkan alarm di handphone ku dengan settingan jam 6 pagi.

Baik bangetkan? So pasti dong! Ini dikarenakan aku harus menemaninya berkeliling pasar dan menelusuri toko perhiasan untuk membeli cincin yah cincin buat pacarnya. Karena Ryu memiliki rencana untuk melamar pacarnya nanti. Tapi aku sendiri tidak tahu kapan. Kalau ditanya waktunya pasti Ryu akan menjawab ‘Itu rahasia dong!’.

Dari keterangan diatas pastinya sudah bisa terbaca bukan, jikalau aku dan Ryu bukanlah sepasang kekasih. Kami berdua benar-benar berteman baik. Dan aku juga mengenal baik Rei yang notaben nya adalah pacar Ryu.

Kadang aku berfikir jikalau mereka menikah maka undangannya pasti akan bertuliskan huruf R ganda di ujung undangan. Dan setiap aku mengatakan apa yang aku bayangkan itu, pasti Ryu akan menjitak kepalaku dan bilang ‘Sok tahu ah!’.

Aku tersenyum jika mengingat bagaimana kami berkenalan. Aku melirik ke arah Ryu yang masih sibuk dengan urusan perutnya itu.

‘Apa kau masih tidak mau mengatakan kapan kau akan melamarnya?’ Aku mulai mengajaknya bicara setelah beberapa menit sibuk dengan makanan yang jikalau ku ukur bisa untuk 5 orang.

Ryu menjawabnya dengan anggukan dua kali dan masih menikmati makan siang yang sedikit terlambat ini.

‘Yah baiklah. Itu hak mu. Hanya saja aku harap jangan terlalu lama. Mungkin menunggu adalah suatu cara penyelesaian yang baik buat mu. Dan itu tidak mudah. Dengan bersabar menunggu waktu yang tepat untuk melakukan hal tepat adalah pilihan mu’ Jelas ku.

‘Huaaaa...sejak kapan kau bisa mengatakan hal yang seharusnya tidak kau katakan?’ Ryu tampak kaget dengan apa yang aku utarakan kemudian Ryu mengambil minuman nya dan meneguk karena takut tersedak.

‘Ini serius Ryu! Apa kau tahu, cinta dimata pria seperti apa?’ Ryu yang sambil meminum minuman nya terdiam dan berusaha menjawab tetapi dia tidak bisa mengatakan apa pun dan menggelengkan kepalanya ke arah ku.

‘Ada yang bilang kalau cinta ibarat sumur bagi seorang pria. Semakin digali maka akan semakin gigih untuk menggalinya. Memang sangat melelahkan tapi sekaligus menyenangkan. Jikalau digali lebih dalam maka berharaplah air yang keluar adalah air yang jernih. Dan air jernih itu jangan sampai orang lain yang menikmatinya, cukup kau saja karena cinta itu terkadang mudah mendapatkan nya tapi terkadang mudah pula hilang dari genggaman. Dan apa kau masih menunggu waktu yang tepat?’

Ryu yang terdiam mendengarkan penjelasan ku tadi sedikit kaget. Dan meminum minuman nya yang hampir habis.

‘Kau ini...bisa saja mengubah pikiran ku dengan permainan kata mu itu. Baiklah aku tidak akan menunggu waktu yang tepat’ Kata Ryu dan aku mulai tersenyum kepadanya.

‘Memang bukan waktu yang tepat tapi moment yang tepat’ sambung Ryu kembali.

Aku pun langsung menundukan kepalaku pertanda kecewa dengan keteguhan hati Ryu. Aah mau ngelamar cewek aja susah amat sih! Pikir ku dalam hati.

‘Kau mungkin tidak mengerti Kim. Aku menunggu moment yang pas dalam mengutarakan niatku ini. Aku harus meyakinkan hati, dalam arti kata aku harus lah bisa mengatur intonasiku dalam melamarnya. Kau kan tahu aku ini suka gugup dalam hal-hal tertentu dan aku tidak mau merusaknya. Suatu saat pasti kau akan mengerti kim. Tapi untuk saat ini...ayooo kita keliling lagi! Ada beberapa toko yang mesti di jajaki. Ayo kim! Nanti toko nya tutup!!’ Ryu berusaha menarik lengan ku dan menarik ku untuk berjalan mengikutinya.

‘Tapi ini makanan belum di beresin!!!!’ Teriak ku seperti anak kecil yang di ajak ibunya ke dokter gigi.

‘Nanti kalau cincinnya sudah dapat, kita kembali lagi dan membereskannya. Aku janji deh. Ayo cepat!!’ Teriak Ryu sambil menyeret ku untuk kembali mengelilingi toko perhiasan di siang hari yang cerah itu.

Jan 7, 2012

The Rain Drops is Heavier Part II ( are you okay? )

Aku berdiri di salah satu balkon gedung bernuansa kuning gading dengan melihat jauh ke depan yang tidak bisa ku lihat dengan jelas. Terlihat bentangan rumput yang masih basah karena di guyur hujan semalaman dan air danau yang terlihat biru karena terpantul oleh warna langit yang tidak memiliki awan putih. Tampak jejeran pepohonan yang sangat besar yang senantiasa berdiri di samping tepi danau. Ada rasa rindu di dalam hati ku dengan apa yang aku lihat saat ini. Aku memejamkan mata sejenak, berusaha untuk mendengar jikalau masih ada suara kicauan burung yang selalu aku dengar jika aku berdiri di balkon ini.

Tiba-tiba terlintas kenang pahit saat terakhir aku berdiri di balkon ini. Aku tertunduk dan melihat kaki ku sendiri. Tangan ku menggenggam pengangan balkon yang terbuat dari semen putih sangat erat. Kenapa aku malah teringat akan hal itu kembali? Batin ku dalam hati. Tidak! Aku tidak boleh merusak hari ini dengan suasana hati yang buruk. Tidak kali ini! Yakin ku kembali di dalam hati.

Sesaat meyakinkan diri sendiri, tiba-tiba sebuah tangan menyentuh pundak ku. Aku sedikit terkejut dan membalikan badan ku.

‘Mereka sudah menunggu mu. Lebih baik kau cepat turun. Apa kau baik-baik saja?’ tanya pemilik tangan tadi.

‘Ya aku baik-baik saja. Lima menit lagi aku akan turun’ jawab ku kepada pemuda itu. Kemudian pemuda itu pergi meninggalkan ku sendiri. Dan aku kembali memandangi danau kembali. Beberapa saat aku pun turun dari tempat favorit ku itu. Kaki ku melangkah menuruni tangga satu persatu. Terlihat banyak wajah yang tidak aku kenal di ruang yang sangat besar itu dan ketika kakiku telah menginjak lantai dasar, aku pun langsung di gandengan oleh pemuda tadi dan mengajak ku ke meja yang telah di penuhi oleh keluarga ku.

Sesampai kami di meja yang lumayan besar itu...

Noona, Kau terlambat’ seru salah satu pemuda yang memakai dasi kupu-kupu disebelah ku.

‘Maaf, aku sedikit pusing. Karena perjalanan semalam sangat melelahkan’ jawab ku sambil menyeret keluar kursi dan duduk disebelah kiri pemuda itu.

‘Apa sudah di minum obat yang tadi ku beli?’ tanya pemuda yang tadi menyeret ku dan duduk di sebelah kanan ku.

Oppa, aku bukan anak kecil yang harus di kontrol saat minum obat. Umur ku sudah 25 tahun’ jawab ku sambil mengambil anggur yang terletak di depan ku. Kemudian terdengar suara musik yang sangat kental dengan tradisi daerah ini. Semua tamu duduk di kursi masing-masing. Beberapa tamu masih ada yang baru datang dan buru duduk di kursi yang masih kosong.

‘Wah hyung keren juga ya! Tidak salah kalau aku yang memilih tuxedo buat hyung’ kata pemuda berdasi kupu-kupu itu.

‘Iya. Uri oppa memang terlihat sangat keren!’ sahut salah satu saudara perempuan ku yang duduk agak berjauhan dengan ku.

‘Oiya..Onni, apa kau sudah meletakan kado yang sudah kita siapkan semalam?’ tanya gadis bermuka tiong hoa dengan dress biru serupa dengan ku.

‘Kado? Ya ampun, aku lupa meletakannya dimana. Sebentar aku cari di dalam kamar ya. Nanti bukan menjadi kejutan buat dia’ jawab ku sambil bergegas untuk kembali menaiki lantai dua dan menuju salah satu kamar.

Sementara itu...

Hyung, ada yang mau aku bicarakan. Tapi jangan kasih tahu Onni ya’ bisik pemuda berdasi kupu-kupu itu sambil menarik lengan pemuda yang umurnya lebih tua itu ke sudut ruang yang terletak dekat tangga.

‘Acaranya sudah dimulai itu. nanti kita ketinggalan’ jawab pemuda yang lebih tua itu.

‘Ini penting hyung. Aku harus memberitahukan mu secepatnya!’

‘Memangnya masalah apa?’

‘Apa kau tahu siapa-siapa saja yang di undang Ray di pesta nya ini?’

‘Yah teman-temannya lah. Memangnya kenapa?’ jawab pemuda yang lebih tua itu sedikit penasaran.

‘Kau ingat, kami setahun ini sudah pindah kan? Dan memempati rumah baru dan mengenal tetangga baru juga’ jelas pemuda berdasi kupu-kupu itu dengan sedikit merasa khawatir.

‘Tetangga baru kami itu di undang juga dengan Ray. Rata-rata sih semua penghuni komplek perumahan. Dan akupun baru tahu jikalau salah satu penghuni komplek itu adalah teman Noona. Eh bukan...bukan...tapi teman dekat Noona’ jelas pemuda berdasi kupu-kupu itu sambil memberikan tanda kutip dengan tangannya setelah mengatakan kata dekat.

Awalnya pemuda yang lebih tua itu tidak merespon apa pun ketika mendengar apa yang didengarnya tadi. Tetapi tiba-tiba ada ekspresi kekagetan di wajahnya dan melihat wajah pemuda berdasi kupu-kupu itu yang tidak kalah pucatnya dengan dia.

‘Kenapa baru kau bilang sekarang??’tanya nya panik.

‘Semalam mau ku beritahukan hyung tapi aku sibuk dengan persiapan untuk pagi ini. Ibu menyuruh ku untuk mengkoordinir meja untuk tamu. Maaf hyung

‘Ok. Sekarang kau cari Danny. Dia pasti mengenal wajah nya kan? Karena kalian bertiga kan satu almamater. Katakan kepaad Danny untuk mengusahakan agar mereka tidak bertemu disini. Cepat!’ perintah pemuda yang lebih tua itu langsung di dengar pemuda berdasi kupu-kupu dan pergi mencari salah satu sudara nya yang bernama Danny.

Ketika itu....

Aku sudah masuk ke dalam salah satu kamar di lantai dua dan mulai mencari kado yang dimaksud tadi. Ah dimana ku letakan kado itu ya? Tanya ku kepada diri sendiri. Aku pun keluar dari kamar itu dan berjalan menuju lantai tiga dimana juga terdapat salah satu kamar yang aku tempati semalam. Aku berjalan dengan sedikit terburu-buru. Karena aku memakai dress yang lumayan panjang, akhirnya aku mengangkat sedikit dress tersebut agar langkah kakiku tidak terhambat.

Aku pun menaiki anak tangga dengan sedikit kesulitan dikarenakan high heels yang aku kenakan lumayan tinggi. Akhirnya aku melepaskan high heels ku dan mulai berlari menaiki anak tangga tersebut. Ada sedikit lega karena kakiku tidak lagi disiksa dengan sepatu yang tinggi itu. setelah sampai dilantai tiga, aku pun bergegeas menuju kamar yang ada di sudut lantai itu. Aku mengangkat kembali dress yang aku kenakan semata kaki dan mulai berjalan dengan langkah yang cukup lebar.

Tiba-tiba aku terdiam sejenak. Pandanganku terjutu kepada siluet seseorang yang berdiri di balkon tepat di depanku. Mata ku seakan tidak percaya dengan apa yang aku lihat. Aku merasa seperti mimpi, yah mimpi buruk di hari yang bahagia ini. Apa lantai ini berhantu ya? Sesaat pikiran ku melayang entah kemana. Mungkin aku terlalu capek hari ini. Yakinku dalam hati dan melanjutkan langkah ku menuju kamar yang berada di sudut ruangan.

‘Kau terlihat cantik. Apa kabar?’

Langkah kaki ku berhenti dan aku terkejut karena mendengar suara tadi. Sesaat aku masih hayut akan khayalan ku akan siatuasi yang mistis tapi seperti nya itu tidak mungkin. Aku membalikan badan ku secara perlahan dan melihat ke arah suara tadi.
Aku melihat seorang pemuda dengan kemeja putih bergaris dan perlahan aku mulai mengenali wajah itu. Pikiranku secara tiba-tiba kosong dan nafas ku sangat tidak teratur karena seakan aku tidak percaya dengan apa yang aku lihat di depan ku.

Kenapa? Kenapa dia disini? Kenapa bisa? Kenapa harus hari ini? Kenapa? Bertubi-tubi pertanyaan ada dibenak ku dan tidak satu pun yang bisa aku jawab.

‘Heh, ini tidak mungkin. Tidak mungkin!’ kataku kepada diri sendiri dan membalikan badanku dan berusaha mengatur nafas ku kembali normal. Sesaat aku mulai melangkahkan kakiku, pemuda berkemeja putih bergaris itu mengelurakan suara nya.

‘Apa seperti itu cara kau menyapa ku setelah hampir setahun kita tidak bertemu? Apa kau masih marah kepada ku?’

Aku yang masih terpaku begitu mendengar suara itu kembali tidak mampu mengeluarkan suara ku sendiri. Aku melihat pantulan bayanganku sendiri di lantai dan semua amarah yang aku simpan beberapa bulan ini seperti terlukiskan di bayangan itu. Aku memejamkan mata untuk menunda butiran bening keluar dan menggenggam tangan ku sekuat mungkin. Aku mulai melangkahkan kakiku untuk meninggalkan ruangan lantai tiga itu.

‘Apa tidak ada sesuatu yang ingin kau sampaikan?’ Tanya pemuda itu. ‘Apa benar-benar tidak ada sesuatu yang ingin kau utarakan kepada ku?’ Tanya nya kembali. ‘Apa benar-benar tidak ada sesuatu yang ingin kau pertanyakan kepada ku?’ Kata pemuda itu dengan sedikit berteriak.

Aku yang mendengarkan pertanyaan demi pertanyaan hanya terdiam dan terus berjalan dengan pikiran yang masih belum bisa ku jernihkan. Rasa amarah yang sempat ku redam entah kenapa kembali ada.

‘Hazel....hazel...hazel!!’ Panggil pemuda itu dengan menyebut nama ku tiga kali.

Dan secara tiba-tiba aku pun menghentikan langkah ku. Sekian lama aku tidak mendengar suara yang selalu memanggil nama ku seperti itu. Kembali kilasan kenangan beberapa tahun yang lalu kembali ke dalam pikiran ku. Kenangan itu kembali merusak sistem kerja otak ku yang telah aku setting untuk tidak mengingat apapun. Tetapi kenapa hal itu sepersekian detik bisa kembali begitu saja.

Pemuda itu berjalan mendekati ku. Setiap langkahnya membuat aku tidak bisa menggerakan badan ku sendiri untuk lari meninggalkan ruangan itu. Dua langkah lagi, pemuda itu akan berdiri tepat di belakang ku dan aku masih saja seperti patung.
Aku mulai gusar. Aku mulai panik. Kembali nafas ku tidak bisa aku kontrol dengan baik begitu pula dengan degupan jantung ku. Jantung ku berdetak sangat kencang. Dan dengan memaksakan diri, aku membalikan badan ku untuk melihat tepat ke arah nya. Pemuda itu sedikit terkejut ketika aku tiba-tiba membalikan badan ku dan menatap nya dengan datar tanpa ekspresi.

‘Cukup. Cukup sampai disana’ perintah ku kepada pemuda itu dan dia pun menurutinya.

‘Yang ingin ku sampaikan? Yang ingin ku utarakan? Yang ingin ku pertanyakan? Tidak ada!! Tidak ada yang ingin ku sampaikan! Tidak ada yang ingin ku utarakan! Tidak ada yang ingin ku pertanyakan!’

‘Hazel...’ panggil pemuda itu dengan tenang.

‘Aku merasa tidak pernah mengenal mu. Atau anggap saja kau tidak pernah mengenal ku!’

‘Hazel...’

‘Heh, apa kau kira aku akan senang dan bersikap biasa ketika bertemu dengan mu? Aku tidak pernah berharap bertemu dengan mu. Apa kau kira aku akan bersikap manis ketika bertemu dengan mu? Aku tidak pernah berfikir untuk bertemu dengan mu kembali’

‘Hazel...’

‘Mendengarkan mu memanggil nama ku saja membuat ku merasa muak. Jikalau kau berani memanggil ku seperti tadi, maka kau akan menyesal telah datang ke tempat ini’ lanjut ku dan melangkah meninggalkan ruangan lantai tiga itu. pemuda itu masih terdiam melihat kepergian ku.

‘Lebih baik kita tidak saling mengenal satu sama lain. Karena aku tidak mau merusak acara pernikahan saudara ku’ kata ku ketika di pangkal anak tangga dan kembali melanjutkan menuruni tangga itu untuk kembali berkumpul dengan keluarga ku.

Sementara itu...

‘Wah, hujan!’ kata pemuda berdasi kupu-kupu yang berdiri di pintu depan tempat penerima tamu. Aku melihat dia yang sedang menengadahkan tangannya ke langit dan basah akibat terkena hujan.

‘Bukan bearti langit menangis karena sedih tetapi langit turut senang akan pernikahan nya Ray, ya ga?’ aku menghampiri nya sambil sedikit tersenyum. Pemuda berdasi kupu-kupu itu pun membalas dengan senyuman.

Kami berdua terdiam beberapa saat menikmati hujan yang mengguyur hampir mendekati siang itu.

Noona... gwenchanayo?’

‘Hmm...’ sahut ku yang masih menikmati hujan.


NB : (*) Noona adalah panggilan kepada kakak perempuan oleh adik laki-laki
(*) Oppa adalah panggilan kepada kakak laki-laki oleh adik perempuan
(*) Onni adalah panggilan kepada kakak perempuan oleh adik perempuan
(*) Hyung adalah panggilan kepada kakak laki-laki oleh adik laki-laki

Oct 31, 2011

my chemical romance......

Sore itu....

Aku duduk di meja kerja ku menatap layar komputer yang berisi microsoft word yang masih kosong. Aku berusaha untuk menemukan ide menulis bertema romance, tapi semakin lama aku memikirkan semakin mengantuk mata ku menatap layar komputer. Padahal tanggal dead line adalah akhir bulan ini dan harus di serahkan kepada editor majalah.

Hah! Ini kan bulan Oktober, kenapa harus mengangkat tema romance? Seharusnya tema horor. Batin ku.

Aku melirik ke penjuru kantor, dimana masih ada beberapa karyawan yang masih belum pulang di karenakan dead line ini. Mata ku masih mengantuk sekali, padahal sudah dua gelas kopi yang aku teguk dalam sehari ini.

Aku pun mulai mensearching di internet mengenai romance. Aku memaksakan mata ku sendiri untuk fokus, begitu pula dengan otakku. Begitu aku melihat hasil dari pencarian tiba-tiba masuk YM dari salah seorang teman ku.

‘Hey sudah selesai story mu tentang romance?’ tanya nya.

Aku sedikit kaget dan itu berhasil membuat mata ku kembali bernyawa. Aku pun membalas nya.

‘Well, setelah berjam-jam dan dua gelas kopi yang aku minum sepertinya aku belum menemukan ide yang sangat pas’

‘Apa kau terbentur dengan tema romance?’ tanya nya kembali. Aku pun langsung menjawab dengan singkat.

‘Yup’

‘Hahaha aku doakan semoga cepat selesai. Oia aku kirim story ku tentang romance yah. Dan aku mohon kau mau menjadi editor sementara ku karena editor ku sedang ke luar kota’

‘Ok. Biil nya nanti ku kirim kan ya hahaha’ aku pun tersenyum saat mengetik kalimat itu.

‘Iya akan ku kirim kan sepaket ice cream kesukaan mu nanti’ jawab nya lagi.

Sedetik kemudian aku telah menerima story dari teman ku yang bertema kan romance. Dan aku benar-benar terkejut jikalau dia mampu menulis story tentang romance. Wow! Sepertinya aku tidak mengenal nya lagi! Kata ku dalam hati.

Aku pun mulai mengedit setiap kata dari story itu. Terkadang aku tersenyum pada saat membaca beberapa kalimat. Ah bisa saja dia menulis story beginian, apa karena aku sudah lama tidak berjumpa dengan nya yah? Tanya ku dalam hati.

Aku meregangkan tangan dan badan ku yang aku rasakan sangat penat. Aku memijat pundak ku sendiri dan mengucek kedua mata ku yang sepertinya ingin tertutup saja.

Romance yah....romance itu adalah sesuatu hal yang sangat manis dan terkadang pahit. Ah apa aku memang benar-benar tidak bisa menulis tentang romance yah? Batin ku lagi.

‘Ok! Aku akan mencoba menulis beberapa story sederhana dulu. Yup! Semangat!’ kata ku kepada diri sendiri.

Awalnya aku menceritakan seorang pria yang tekun dalam bekerja dan fokus dalam pekerjaan. Dan tiba-tiba menjadi goyah ketika dia berkenalan dengan seorang wanita yang tidak sengaja di temuinya. Mereka bertemu dalam hal pekerjaan. Selama empat bulan hanya bisa melihatnya dari balik meja dan tersenyum sedikit apabila melihatnya.
Lho? Kenapa jadi cerita patah hati begini sih? Kata ku dalam hati sambil menggaruk kepala ku yang tidak gatal.

Permulaan yang sangat mulus tapi ending nya ga enak. Ah! Gatot deh!! Kataku kepada layar komputer di depan ku.

‘Hey kenapa bicara dengan komputer?’ Tiba-tiba terdengar suara yang selama ini selalu aku nantikan. Dan aku pun melihat ke arah si pemilik suara itu.

‘Aaaaaaa tidak. Hanya saja aku belum menemukan ide yang pas dengan tema romance yang dead line nya akhir bulan ini’ Jawab ku sedikit grogi.

‘Ooo soal itu. Sebenarnya gampang. Hanya saja kau tidak peka saja dengan sekitar mu. Romance itu selalu ada kok. Tergantung dengan apa kau melihatnya’

‘Tergantung dengan apa aku melihatnya?maksudnya?’

‘Kalau kau melihat dengan mata mu saja ya percuma’

‘So?’

‘Mata hati dong. Seperti sekarang. Jikalau kau melihat ku dengan mata hati mu, apa yang kau rasa kan?’

Saat dia mengatakan kalimat itu, tiba-tiba jantung ku langsung berdetak kencang. Muka ku terasa sangat panas dan merah seperti kepiting rebus. Aku terdiam beberapa saat. Seakan detik jam yang ada di dinding terdengar oleh ku. Aku mencoba mengatur raut wajah dan berusaha menetralisirkan detak jantung ku karena saat aku melihat wajahnya, seakan dia mengetahui detakan jantungku semakin tidak bisa ku kendalikan.


NB : mikir juga nulis tentang romance tapi kayak nya ga bisa deh...haduh irda handayani, diriku mengibarkan bendera putih deh kalo gitu (-_____-)v

About Me

My photo
being who I am and loving what I'm doing coz you'll never be lonely if you learn to befriend yourself..... just remember to be yourself and remember throughout everything why you first wanted to do this...