Aku berdiri di salah satu balkon gedung bernuansa kuning gading dengan melihat jauh ke depan yang tidak bisa ku lihat dengan jelas. Terlihat bentangan rumput yang masih basah karena di guyur hujan semalaman dan air danau yang terlihat biru karena terpantul oleh warna langit yang tidak memiliki awan putih. Tampak jejeran pepohonan yang sangat besar yang senantiasa berdiri di samping tepi danau. Ada rasa rindu di dalam hati ku dengan apa yang aku lihat saat ini. Aku memejamkan mata sejenak, berusaha untuk mendengar jikalau masih ada suara kicauan burung yang selalu aku dengar jika aku berdiri di balkon ini.
Tiba-tiba terlintas kenang pahit saat terakhir aku berdiri di balkon ini. Aku tertunduk dan melihat kaki ku sendiri. Tangan ku menggenggam pengangan balkon yang terbuat dari semen putih sangat erat. Kenapa aku malah teringat akan hal itu kembali? Batin ku dalam hati. Tidak! Aku tidak boleh merusak hari ini dengan suasana hati yang buruk. Tidak kali ini! Yakin ku kembali di dalam hati.
Sesaat meyakinkan diri sendiri, tiba-tiba sebuah tangan menyentuh pundak ku. Aku sedikit terkejut dan membalikan badan ku.
‘Mereka sudah menunggu mu. Lebih baik kau cepat turun. Apa kau baik-baik saja?’ tanya pemilik tangan tadi.
‘Ya aku baik-baik saja. Lima menit lagi aku akan turun’ jawab ku kepada pemuda itu. Kemudian pemuda itu pergi meninggalkan ku sendiri. Dan aku kembali memandangi danau kembali. Beberapa saat aku pun turun dari tempat favorit ku itu. Kaki ku melangkah menuruni tangga satu persatu. Terlihat banyak wajah yang tidak aku kenal di ruang yang sangat besar itu dan ketika kakiku telah menginjak lantai dasar, aku pun langsung di gandengan oleh pemuda tadi dan mengajak ku ke meja yang telah di penuhi oleh keluarga ku.
Sesampai kami di meja yang lumayan besar itu...
‘Noona, Kau terlambat’ seru salah satu pemuda yang memakai dasi kupu-kupu disebelah ku.
‘Maaf, aku sedikit pusing. Karena perjalanan semalam sangat melelahkan’ jawab ku sambil menyeret keluar kursi dan duduk disebelah kiri pemuda itu.
‘Apa sudah di minum obat yang tadi ku beli?’ tanya pemuda yang tadi menyeret ku dan duduk di sebelah kanan ku.
‘Oppa, aku bukan anak kecil yang harus di kontrol saat minum obat. Umur ku sudah 25 tahun’ jawab ku sambil mengambil anggur yang terletak di depan ku. Kemudian terdengar suara musik yang sangat kental dengan tradisi daerah ini. Semua tamu duduk di kursi masing-masing. Beberapa tamu masih ada yang baru datang dan buru duduk di kursi yang masih kosong.
‘Wah hyung keren juga ya! Tidak salah kalau aku yang memilih tuxedo buat hyung’ kata pemuda berdasi kupu-kupu itu.
‘Iya. Uri oppa memang terlihat sangat keren!’ sahut salah satu saudara perempuan ku yang duduk agak berjauhan dengan ku.
‘Oiya..Onni, apa kau sudah meletakan kado yang sudah kita siapkan semalam?’ tanya gadis bermuka tiong hoa dengan dress biru serupa dengan ku.
‘Kado? Ya ampun, aku lupa meletakannya dimana. Sebentar aku cari di dalam kamar ya. Nanti bukan menjadi kejutan buat dia’ jawab ku sambil bergegas untuk kembali menaiki lantai dua dan menuju salah satu kamar.
Sementara itu...
‘Hyung, ada yang mau aku bicarakan. Tapi jangan kasih tahu Onni ya’ bisik pemuda berdasi kupu-kupu itu sambil menarik lengan pemuda yang umurnya lebih tua itu ke sudut ruang yang terletak dekat tangga.
‘Acaranya sudah dimulai itu. nanti kita ketinggalan’ jawab pemuda yang lebih tua itu.
‘Ini penting hyung. Aku harus memberitahukan mu secepatnya!’
‘Memangnya masalah apa?’
‘Apa kau tahu siapa-siapa saja yang di undang Ray di pesta nya ini?’
‘Yah teman-temannya lah. Memangnya kenapa?’ jawab pemuda yang lebih tua itu sedikit penasaran.
‘Kau ingat, kami setahun ini sudah pindah kan? Dan memempati rumah baru dan mengenal tetangga baru juga’ jelas pemuda berdasi kupu-kupu itu dengan sedikit merasa khawatir.
‘Tetangga baru kami itu di undang juga dengan Ray. Rata-rata sih semua penghuni komplek perumahan. Dan akupun baru tahu jikalau salah satu penghuni komplek itu adalah teman Noona. Eh bukan...bukan...tapi teman dekat Noona’ jelas pemuda berdasi kupu-kupu itu sambil memberikan tanda kutip dengan tangannya setelah mengatakan kata dekat.
Awalnya pemuda yang lebih tua itu tidak merespon apa pun ketika mendengar apa yang didengarnya tadi. Tetapi tiba-tiba ada ekspresi kekagetan di wajahnya dan melihat wajah pemuda berdasi kupu-kupu itu yang tidak kalah pucatnya dengan dia.
‘Kenapa baru kau bilang sekarang??’tanya nya panik.
‘Semalam mau ku beritahukan hyung tapi aku sibuk dengan persiapan untuk pagi ini. Ibu menyuruh ku untuk mengkoordinir meja untuk tamu. Maaf hyung’
‘Ok. Sekarang kau cari Danny. Dia pasti mengenal wajah nya kan? Karena kalian bertiga kan satu almamater. Katakan kepaad Danny untuk mengusahakan agar mereka tidak bertemu disini. Cepat!’ perintah pemuda yang lebih tua itu langsung di dengar pemuda berdasi kupu-kupu dan pergi mencari salah satu sudara nya yang bernama Danny.
Ketika itu....
Aku sudah masuk ke dalam salah satu kamar di lantai dua dan mulai mencari kado yang dimaksud tadi. Ah dimana ku letakan kado itu ya? Tanya ku kepada diri sendiri. Aku pun keluar dari kamar itu dan berjalan menuju lantai tiga dimana juga terdapat salah satu kamar yang aku tempati semalam. Aku berjalan dengan sedikit terburu-buru. Karena aku memakai dress yang lumayan panjang, akhirnya aku mengangkat sedikit dress tersebut agar langkah kakiku tidak terhambat.
Aku pun menaiki anak tangga dengan sedikit kesulitan dikarenakan high heels yang aku kenakan lumayan tinggi. Akhirnya aku melepaskan high heels ku dan mulai berlari menaiki anak tangga tersebut. Ada sedikit lega karena kakiku tidak lagi disiksa dengan sepatu yang tinggi itu. setelah sampai dilantai tiga, aku pun bergegeas menuju kamar yang ada di sudut lantai itu. Aku mengangkat kembali dress yang aku kenakan semata kaki dan mulai berjalan dengan langkah yang cukup lebar.
Tiba-tiba aku terdiam sejenak. Pandanganku terjutu kepada siluet seseorang yang berdiri di balkon tepat di depanku. Mata ku seakan tidak percaya dengan apa yang aku lihat. Aku merasa seperti mimpi, yah mimpi buruk di hari yang bahagia ini. Apa lantai ini berhantu ya? Sesaat pikiran ku melayang entah kemana. Mungkin aku terlalu capek hari ini. Yakinku dalam hati dan melanjutkan langkah ku menuju kamar yang berada di sudut ruangan.
‘Kau terlihat cantik. Apa kabar?’
Langkah kaki ku berhenti dan aku terkejut karena mendengar suara tadi. Sesaat aku masih hayut akan khayalan ku akan siatuasi yang mistis tapi seperti nya itu tidak mungkin. Aku membalikan badan ku secara perlahan dan melihat ke arah suara tadi.
Aku melihat seorang pemuda dengan kemeja putih bergaris dan perlahan aku mulai mengenali wajah itu. Pikiranku secara tiba-tiba kosong dan nafas ku sangat tidak teratur karena seakan aku tidak percaya dengan apa yang aku lihat di depan ku.
Kenapa? Kenapa dia disini? Kenapa bisa? Kenapa harus hari ini? Kenapa? Bertubi-tubi pertanyaan ada dibenak ku dan tidak satu pun yang bisa aku jawab.
‘Heh, ini tidak mungkin. Tidak mungkin!’ kataku kepada diri sendiri dan membalikan badanku dan berusaha mengatur nafas ku kembali normal. Sesaat aku mulai melangkahkan kakiku, pemuda berkemeja putih bergaris itu mengelurakan suara nya.
‘Apa seperti itu cara kau menyapa ku setelah hampir setahun kita tidak bertemu? Apa kau masih marah kepada ku?’
Aku yang masih terpaku begitu mendengar suara itu kembali tidak mampu mengeluarkan suara ku sendiri. Aku melihat pantulan bayanganku sendiri di lantai dan semua amarah yang aku simpan beberapa bulan ini seperti terlukiskan di bayangan itu. Aku memejamkan mata untuk menunda butiran bening keluar dan menggenggam tangan ku sekuat mungkin. Aku mulai melangkahkan kakiku untuk meninggalkan ruangan lantai tiga itu.
‘Apa tidak ada sesuatu yang ingin kau sampaikan?’ Tanya pemuda itu. ‘Apa benar-benar tidak ada sesuatu yang ingin kau utarakan kepada ku?’ Tanya nya kembali. ‘Apa benar-benar tidak ada sesuatu yang ingin kau pertanyakan kepada ku?’ Kata pemuda itu dengan sedikit berteriak.
Aku yang mendengarkan pertanyaan demi pertanyaan hanya terdiam dan terus berjalan dengan pikiran yang masih belum bisa ku jernihkan. Rasa amarah yang sempat ku redam entah kenapa kembali ada.
‘Hazel....hazel...hazel!!’ Panggil pemuda itu dengan menyebut nama ku tiga kali.
Dan secara tiba-tiba aku pun menghentikan langkah ku. Sekian lama aku tidak mendengar suara yang selalu memanggil nama ku seperti itu. Kembali kilasan kenangan beberapa tahun yang lalu kembali ke dalam pikiran ku. Kenangan itu kembali merusak sistem kerja otak ku yang telah aku setting untuk tidak mengingat apapun. Tetapi kenapa hal itu sepersekian detik bisa kembali begitu saja.
Pemuda itu berjalan mendekati ku. Setiap langkahnya membuat aku tidak bisa menggerakan badan ku sendiri untuk lari meninggalkan ruangan itu. Dua langkah lagi, pemuda itu akan berdiri tepat di belakang ku dan aku masih saja seperti patung.
Aku mulai gusar. Aku mulai panik. Kembali nafas ku tidak bisa aku kontrol dengan baik begitu pula dengan degupan jantung ku. Jantung ku berdetak sangat kencang. Dan dengan memaksakan diri, aku membalikan badan ku untuk melihat tepat ke arah nya. Pemuda itu sedikit terkejut ketika aku tiba-tiba membalikan badan ku dan menatap nya dengan datar tanpa ekspresi.
‘Cukup. Cukup sampai disana’ perintah ku kepada pemuda itu dan dia pun menurutinya.
‘Yang ingin ku sampaikan? Yang ingin ku utarakan? Yang ingin ku pertanyakan? Tidak ada!! Tidak ada yang ingin ku sampaikan! Tidak ada yang ingin ku utarakan! Tidak ada yang ingin ku pertanyakan!’
‘Hazel...’ panggil pemuda itu dengan tenang.
‘Aku merasa tidak pernah mengenal mu. Atau anggap saja kau tidak pernah mengenal ku!’
‘Hazel...’
‘Heh, apa kau kira aku akan senang dan bersikap biasa ketika bertemu dengan mu? Aku tidak pernah berharap bertemu dengan mu. Apa kau kira aku akan bersikap manis ketika bertemu dengan mu? Aku tidak pernah berfikir untuk bertemu dengan mu kembali’
‘Hazel...’
‘Mendengarkan mu memanggil nama ku saja membuat ku merasa muak. Jikalau kau berani memanggil ku seperti tadi, maka kau akan menyesal telah datang ke tempat ini’ lanjut ku dan melangkah meninggalkan ruangan lantai tiga itu. pemuda itu masih terdiam melihat kepergian ku.
‘Lebih baik kita tidak saling mengenal satu sama lain. Karena aku tidak mau merusak acara pernikahan saudara ku’ kata ku ketika di pangkal anak tangga dan kembali melanjutkan menuruni tangga itu untuk kembali berkumpul dengan keluarga ku.
Sementara itu...
‘Wah, hujan!’ kata pemuda berdasi kupu-kupu yang berdiri di pintu depan tempat penerima tamu. Aku melihat dia yang sedang menengadahkan tangannya ke langit dan basah akibat terkena hujan.
‘Bukan bearti langit menangis karena sedih tetapi langit turut senang akan pernikahan nya Ray, ya ga?’ aku menghampiri nya sambil sedikit tersenyum. Pemuda berdasi kupu-kupu itu pun membalas dengan senyuman.
Kami berdua terdiam beberapa saat menikmati hujan yang mengguyur hampir mendekati siang itu.
‘Noona... gwenchanayo?’
‘Hmm...’ sahut ku yang masih menikmati hujan.
NB : (*) Noona adalah panggilan kepada kakak perempuan oleh adik laki-laki
(*) Oppa adalah panggilan kepada kakak laki-laki oleh adik perempuan
(*) Onni adalah panggilan kepada kakak perempuan oleh adik perempuan
(*) Hyung adalah panggilan kepada kakak laki-laki oleh adik laki-laki
Jan 7, 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
About Me
- n4be
- being who I am and loving what I'm doing coz you'll never be lonely if you learn to befriend yourself..... just remember to be yourself and remember throughout everything why you first wanted to do this...
1 komentar:
Dear nana, my best friend :)
This is your first award (from me), congratulation ^o^
http://www.myourcare.co.cc/2012/01/pengumuman-award-berantai-seven-shadowz.html
Post a Comment